Travel Blogger Medan: Masjid Raya Al Mashun Medan Yang Unik Dan Elegan

Masjid Raya Al Mashun Kota Medan


"Ok. Possible for us to visit Big Mosque?," tanya Sébastien.


Siang itu sekitar pukul 11:00 wib. Itu artinya masih ada waktu satu jam untuk mengunjungi Masjid Raya Al Mashun. Karena letaknya tidak jauh dari Istana Maimun, kami pun langsung mengunjungi Masjid Raya Al Mashun menggunakan sepeda motor.

Kenapa hanya satu jam saja mengunjungi Masjid Raya Al Mashun? Karena umat muslim mau menunaikan sholat Jumat. Dan itu pun disampaikan oleh petugas yang ada di Masjid Raya Al Mashun kepada kami saat memasuki area Masjid.

"Tiga ribu bang," kata petugas parkir.

Kami memarkirkan sepeda motor di sebelah pagar Masjid Raya Al Mashun. Tidak ada tiket parkir asli yang diberikan kepada kami. Hanya kertas putih yang ditulis secara manual nomor plat kendaraan. Lantas, kemanakah uang retribusi parkir disetor? Apakah untuk pemerintah, pengurus Masjid, atau kantong pribadi? I don't know well.

Begitu masuk gerbang, petugas Masjid menyuruh kami untuk isi daftar tamu. Hal itu dilakukan bagi warga negara asing saja. Setelah mengisi daftar tamu, mereka akan meminta uang donasi yang tidak ditentukan kepada tamu. Waktu itu kami memberikan uang sekitar Rp 10 ribu kepada petugas Masjid Raya Al Mashun.


Ruang Utama Masjid Raya Al Mashun Medan


Kami pun antusias melihat megahnya Masjid Raya Al Mashun. Sangat indah karena sudah direnovasi beberapa waktu lalu. Masjid Raya Al Mashun itu merupakan kebanggaan masyarakat kota Medan. Terlebih letaknya yang berada di jantung pusat kota Medan.

Setelah membayar uang donasi, kami langsung berphoto di halaman Masjid Raya Al Mashun. Halamannya sangat luas dan sudah dilapisi oleh keramik. Di sebalah kanan dan kiri Masjid Raya Al Mashun, terdapat kompleks makam. Mungkin itu makam dari warga sekitar atau keluarga kerajaan Sultan Deli.

"Bang, sandal dan sepatu letakkan disini. Nanti setelah selesai, diambil. Ini kartu dipegang," ucap petugas penjaga sendal.

Ternyata di Masjid Raya Al Mashun juga ada pengutipan biaya untuk titip sendal. But it's not a big problem karena tidak ada salahnya memberikan donasi kepada mereka. Toh sudah menjaga barang berharga milik kita. Kami pun memberikan sekitar Rp 3 ribu setelah puas mengelilingi Masjid Raya Al Mashun.

Masjid Raya Al Mashun dibangun sekitar tahun 1906 masehi pada saat pemerintahan Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alam Shah. Namun dibuka untuk umum sekitar tahun 1909 masehi. Masjid itu merupakan masjid kerajaan deli. Bahkan Masjid Raya Al Mashun, lebih megah dari Istana Maimun.


Masjid Raya Al Mashun berada di Jl Sisingamangaraja Medan. Tidak jauh dari Istana Maimun. Bahkan Masjid itu dikelilingi oleh hotel dan mall karena letaknya yang sangat strategis. Kelebihan dari Masjid Raya Al Mashun berada pada keaslian ornamen atau bentuknya yang belum mengalami perubahan secara spesifik. Bentuknya sangat unik karena bangunannya dibagi menjadi tiga bagian. Yakni gerbang masuk, tempat wudhu, dan ruang utama.



Ornamen-ornamen Masjid Raya Al Mashun Medan



Di bagian ruang utama merupakan tempat sholat. Ruangan itu memiliki bentuk segi delapan yang sisinya tidak sama. Terlihat seperti ada pengaruh dari unsur India, Arab, Turki maupun Mesir dalam rancangan Masjid Raya Al Mashun. Dapat dilihat pada hiasan minaret di Masjid Raya Al Mashun.

Selain itu, ruang sholat utama dikelikingi oleh gang-gang kecil. Gang tersebut memiliki jendela tak berdaun. Kubah utama menutupi bagian tengah ruangan di depan mihrab dan mimbar. Juga dikelilingi oleh kubah yang ukurannya lebih kecil namun memiliki bentuk yang sama.

Beberapa waktu lalu, sajadah di Masjid Raya Al Mashun bisa dibilang kusam akibat dimakan jaman. Warnanya sudah gadel atau kucel. Namun saat kami mengunjungi Masjid Raya Al Mashun kemarin, seluruh sajadah sudah diganti dengan yang layak atau baru. Ooh ya, di area luar Masjid terdapat kuburan umat muslim juga. 

Perancang Masjid Raya Al Mashun itu berasal dari Belanda yang bernama Van Erp. Namun pengerjaannya diteruskan oleh JA Tingdeman. Barang-barang yang ada di Masjid Raya Al Mashun didatangkan dari luar negeri pada masa itu.

Sementara itu, tempat wudhu dari Masjid Raya Al Mashun berada di samping halaman. Tidak jauh dari tempat penitipan sandal dan sepatu. Bentuknya juga unik. Tidak banyak berubah dari bangunan awal pada jaman doeloe atau dulu.

"Let's go back to hotel," kata Sébastien.

Setelah puas mengelilingi Masjid Raya Al Mashun, kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Terlebih mengingat waktu akan memasuki sholat Jumat. Namun sama halnya dengan mengunjungi Istana Maimun, saat itu merupakan kedua kalinya bagiku mengunjungi Masjid Raya Al Mashun. Itu pun karena membawa teman dari luar negeri.


Sébastien Di Depan Masjid Raya Al Mashun Medan





Salah Satu Gang Di Masjid Raya Al Mashun Medan





Lampu Gantung Dari Prancis





Sébastien Di Depan Pintu Masjid Raya Al Mashun Medan



-----------------------------------------------------

Biaya Untuk Ke Masjid Raya Al Mashun.

Parkir sepeda motor Rp 3 ribu.
Uang donasi saat masuk Rp 10 ribu.
Uang donasi penjaga sendal atau sepatu Rp 3 ribu.

Biaya itu hanya untuk warga negara asing. Selain itu tidak ditetapkan besaran biaya. It's just up to you!

14 comments

  1. waktu kesana ga sempat ambil foto bagian dalamny, cuma foto d depan masjidnya aj, keren bgt ya bisa dapet sejarahnya juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah sayang banget kak. Sejarahnya ada kog di prasasti dekat halaman masjid

      Delete
  2. MasyaAllah cantiknya Masjid ini ya...

    ReplyDelete
  3. Aku belum kesampaian ke masjid ini.. Cakep ya, Fie. Suka ngeliat arsitekturnya

    ReplyDelete
  4. Ke masjid ini tahun 2005, tetap cantik hingga hari ini ya. Dulu nggak puas karena tidak mengeksplor banyak tempat. Semoga bisa ke sana suatu saat lagi.

    ReplyDelete
  5. wah boleh juga nih salah satu rekomendasi travelling

    nanti aku coba kesana deh

    terima kasih tulisan bermanfaat nya mas

    ReplyDelete
  6. Cocok juga ni wisata masjid, next-nya masjid bersejarah lainnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap... Di Medan lumayan lah kalau untuk Masjid Bersejarah.

      Delete
  7. Sholat di sini sejuk kali ya bang. Apalagi pas jalan dari luar kota, terus sempatkan subuh berjamaah ke sini. Luar biasa sensasinya. Masjidnya bagus, bangunannya penuh sejarah. Btw, nice pic untuk foto masjidnya, langitnya biru cerah sekali..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul kak. Sayangnya, aku hanya beberapa kali ke Masjid ini. Dan itu pun karena bawa temen dari luar. Hehehe

      Terima kasih kak

      Delete