Travel Blogger Medan: Satu Juta Rupiah Bisa Liburan Puas Ke Melaka Dan Kuala Lumpur

I Love Melaka Yang Ada Di Bangunan Merah Melaka


"Sudah di Pelabuhan kak? Alfie di depan money changer area pelabuhan ya," kataku kepada kak Dewi melalui pesan whatsapp.

Tanggal 8 juni 2018 kemarin, aku liburan ke Malaysia. Liburan yang kedua kalinya. Saat itu, aku pergi bersama kak Dewi dan bang Rifky. Kami merencanakannya sekitar dua bulan sebelum berangkat. Malaysia menjadi destinasi wisata kami. Pasalnya, jarak antara Malaysia dengan Batam sangat dekat.

Kami memutuskan untuk liburan hemat ke Melaka dan Kuala Lumpur. Itu artinya, tidak banyak uang yang kami bawa dari Indonesia. Pengeluaran di Malaysia juga harus direncanakan dengan baik. Mulai dari kendaraan hingga penginapan di sana.


Bocah Udik Di Depan Twin Tower Petronas


Saat itu, aku membawa uang sekitar Rp 1 juta. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan tiket kapal ferry dan tax atau pajak. Tiket dari Batam ke Malaysia dan balik ke Batam, Rp 280 ribu. Saat check-in di pelabuhan Batam, aku bayar tax sebesar Rp 70 ribu dan Rm 20 di Pelabuhan Stulang Laut Malaysia.

Awalnya kami mau berangkat siang hari. Tapi karena pekerjaan, kami berangkat dari Batam sekitar pukul 17:45 wib. Dan aku yakin tidak dapat bus ke Larkin saat tiba di pelabuhan, karena diperkirakan akan sampai di Pelabuhan Stulang Laut sekitar pukul 20:45 waktu Malaysia. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan waktu di Indonesia dengan Malaysia sampai satu jam. Sedangkan perjalanan dari Batam ke Pelabuhan Stulang Laut sekitar dua jam.

Rencananya, tempat wisata yang pertama kali akan kami kunjungi adalah Melaka. Melaka merupakan salah satu World Heritage Site oleh UNESCO yang terdapat di Malaysia. Disana banyak bangunan bersejarah. Namun karena sampai di Pelabuhan Stulang Laut hingga larut malam, kami akan mengunjunginya pada esok hari.


Masjid Selat Melaka Atau Masjid Apung


Setelah keluar dari Pelabuhan Stulang Laut atau Berjaya Waterfront, kami menuju Terminal Larkin. Dari pelabuhan, aku memesan grab. Biaya yang kami keluarkan Rm 12 karena sudah larut malam. Sebenarnya selain naik grab, bisa menggunakan taksi atau naik bus. Tapi kami memilih naik grab karena agar lebih mudah.

"Kan telat. Bus dari Larkin ke Melaka Sentral hanya sampai pukul 21:30 waktu Malaysia." kataku.

Lalu kami bertiga memutuskan untuk tidur di Terminal Larkin. Saat itu bulan Ramadhan dan sudah malam, kami mencari makan terlebih dahulu sebelum tidur di terminal. Akhirnya kami menemui tempat makan yang lumayan enak dan murah di sekitar area terminal. Kami hanya membayar Rm 5 untuk makan dan minum.

Esok harinya, kami membeli tiket dari Terminal Larkin menuju Melaka Sentral sekitar Rm 21. Kami berangkat menggunakan bus di pagi hari. Waktu yang kami tempuh sekitar 3,5 jam untuk sampai di terminal Melaka Sentral. Dan kami pun sampai di Melaka Sentral pada pukul 11:00 waktu Malaysia.


Gereja Christ Church Melaka


Keluar dari terminal, kami harus menggunakan bus jalur domestik nomor 17. Bus itu mengantarkan kita sampai di bangunan merah yang terkenal di Melaka dengan biaya sekitar Rm 2. Jika ingin cepat bisa saja naik taksi dengan kisaran harga Rm 10 sampai 20. Namun lagi dan lagi, kami naik grab dengan biaya Rm 8 dan lebih hemat.

Di perjalanan menuju bangunan merah Melaka, kami berbicara dengan driver grab. Kami bertanya tentang Masjid Selat Melaka atau Masjid Apung. Letaknya tidak terlalu jauh dan driver grab dengan baik hati mengantarkan kami ke Masjid Apung tanpa biaya tambahan. Alhamdulillah ya rezeki anak sholeh yang udik.

"10 menit saja ya kak." ucap sang driver grab.

Lantas kami pun berphoto ria di Masjid Selat Melaka. Rasanya sangat senang. Apalagi didukung dengan cuaca yang terik sehingga cocok untuk mengabadikan momen di sekitar Masjid Selat Melaka. Setelah puas berphoto, lalu kami kembali melanjutkan perjalanan ke bangunan merah Melaka.


Stadthuys Atau Balai Kota Di Bangunan Merah Melaka



Tiba di bangunan merah Melaka, kami langsung mencari penginapan. Inilah kesalahan kami juga karena tidak booking penginapan terlebih dahulu. Akhirnya kami kesulitan mencari penginapan. Sekalinya dapat penginapan, kami mendapat harga yang mahal sekitar Rm 80 per dua malam di Casa Blanca Guest House.

"Istirahat dulu aja. Nanti malam kita cari makan sekitar sini sekalian buat sahur." kata bang Rifky.

Setelah maghrib, kami menyusuri Jalan Kota Laksamana. Di sekitar jalan ini, banyak makanan ikan asam pedas dan sudah terkenal. Malam itu, kami pesan ikan asam pedas dengan membayar Rm 18. Setelah puas, kami pun kembali ke penginapan untuk istirahat.

Keesokan harinya, dalam suasana bulan Ramadhan dan cuaca yang panas, kami menyusuri bangunan merah Melaka. Letaknya tidak jauh dari penginapan kami. Kami menyusuri kawasan bersejarah bangunan merah Melaka ini sekitar empat jam. Ada beberapa bangunan yang sangat terkenal di kawasan ini.


Kapal Flor De La Mar Atau Museum Samudera Melaka



Yakni Christ Church Melaka yang didirikan sejak tahun 1753, clock tower, dan Stadthuys atau balai kota. Bangunan-bangunan tersebut didirikan pada masa penjajahan Belanda di Melaka. Meski sudah ratusan tahun, namun masih berdiri dengan tegak dan kokoh serta tidak ada perubahan. Sekarang bangunan tersebut dijadikan museum.

Di antara bangunan Christ Church Melaka dan Clock tower, terdapat air mancur Ratu Victoria yang berada di area taman. Di area ini, banyak pengunjung yang berphoto karena terdapat tulisan I love Melaka.

Jika mau membeli oleh-oleh, di sekitar bangunan ini ada pusat souvenir. Banyak buah tangan yang dijual disini. Seperti gantungan kunci, karikatur Twin Tower Petronas, souvenir khas Melaka, atau mainan kulkas. Harganya juga bervariasi mulai Rm 10.


Replika Di Kapal Flor De La Mar



Tidak jauh dari kawasan bangunan merah Melaka, terdapat Museum Samudera Melaka. Museum tersebut merupakan kapal dari Portuguese atau Kapal Flor De La Mar. Menurut sejarah, kapal ini dibangun pada tahun 1502 di Lisbon. Beratnya sekitar 400 ton dan kapal terbesar pada jamannya. Kapal ini tenggelam di perairan Selat Malaka saat perjalanannya dari Kota Malaka menuju Goa India pada tahun 1511.

Untuk bisa menikmati kisah sejarah di Kapal Flor De La Mar, kita membeli tiket masuk Rm 10. Museum ini beroperasi setiap hari mulai pukul 09:00 sampai pukul 17:00 waktu Malaysia. Sedangkan untuk hari sabtu dan minggu beroperasi hingga pukul 21:00 waktu Malaysia.


Gereja Church Of Francis Xavier



Setelah puas menyusuri kawasan tersebut, kami lanjut ke kawasan Gereja St. Paul Melaka. Gereja ini berada di atas bukit Saint Paul dan dibangun sekitar tahun 1521. Tidak banyak aktivitas kami untuk menyusuri kawasan ini karena aku mengajak kak Dewi dan bang Rifky ke Little India Melaka.

"Ayo kak main sama burung merpati. Ada banyak lho." ajak ku.

Lalu kami berjalan ke kawasan Little India, Melaka. Di kawasan itu terdapat gereja tua Church of Francis Xavier yang berdiri tegap menyerupai kastil. Sekitar 80 meter dari gereja, ada persimpangan lampu merah yang dipenuhi dengan ribuan burung merpati. Kalau mau bermain dengan burung merpati, cukup memberi jagung halus yang bisa dibeli di toko seberang lampu merah. Beli saja sebanyak Rm 1, dijamin burung merpati pun mengerubuni kita.


Bocah Udik Bersama Burung Merpati



Puas menjelajahi kawasan Bangunan Merah Melaka, bukit Saint Paul, Museum Flor De La Mar, dan Little India Melaka, kami pun kembali ke penginapan. Kami beristirahat hingga pukul 19:00 waktu Malaysia. Setelah itu, kami keluar dari penginapan dan menjelajahi Jonker Walk atau Jonker Street.

Letak Jonker Street ini tidak jauh dari penginapan kami. Disana banyak pedagang makanan dan aksesoris. Kawasan ini dipadati oleh wisatawan maupun warga Malaysia. Sangat ramai dan sesak. Namun yang menarik adalah kawasan ini sangat kental dengan budaya dan tradisi Melaka. Terbukti bisa dilihat di setiap peralatan pedagang yang berjualan di jalan ini. Disini juga banyak becak yang dihiasi dengan boneka dan lampu. Sangat menarik untuk dikunjungi.

Kami juga menyusuri River Cruise Boat Melaka. Sambil berphoto, kami mencari spot indah disana. Ada bangunan yang dilukis atau mural. Tidak jauh dari Hard Rock Cafe Melaka.


Gereja St. Paul Di Bukit Saint Paul



"Fie, besok ke Twin Tower Petronas yuk." ucap bang Rifky.

Bayangkan jarak dari Melaka ke Kuala Lumpur sangat jauh. Belum lagi dari Kuala Lumpur ke Pelabuhan Stulang Laut karena kami harus kembali ke pelabuhan. Aku pun jadi bingung dan mengajak mereka untuk kembali ke penginapan.

Di Casa Blanca Guest House, aku bilang ke kak Dewi dan bang Rifky untuk check-out pagi hari agar bisa terkejar. Lalu aku sarankan agar di Kuala Lumpur untuk tidak membuang waktu terlalu lama. Pelabuhan Ferry Stulang Laut tutup pukul 18:00 waktu Malaysia. Karena kapal terakhir pukul 18:00 waktu Malaysia. Jadi, kalau telat, kami harus menetap satu hari lagi. Dan itu pun tidur di area pelabuhan.

"Ok boleh. Tapi kita cari makan buat sahur dulu ya." kak bang Rifky.


River Cruise Boat Melaka



Waktu itu aku tidak puasa. Jadi aku hanya makan malam saja di Jalan Kota Laksamana. Kami makan Roti Nan di Restaurant Pak Putra. Harganya Rm 3 dengan porsi besar. Dan kami pun kembali ke penginapan larut malam.

Mau berangkat pagi, pulang makan pun malam-malam. Aku yakin akan bangun kesiangan. Dan ternyata benar, kami kesiangan dan bangun pukul 5:30 waktu Malaysia.

"Fie bangun..." kata kak Dewi.

Sontak aku terkejut. Lalu bang Rifky dan kak Dewi pamit keluar dari penginapan untuk cari makan buat sahur puasa. Aku pun langsung mandi karena tidak puasa. Namun setelah aku keluar dari kamar mandi, mereka hanya membawa roti saja. Itu artinya tidak sahur pakai nasi. Dan mereka pun akhirnya mandi.

"Kak, Alfie pesan grab ya." kata ku.

Dari Melaka ini, kami harus pergi ke Melaka Sentral. Dengan menggunakan grab, kami membayar Rm 10. Setelah sampai di Terminal Melaka Sentral, kami membeli tiket untuk ke Terminal Bersepadu Selatan. Kami mengambil bus pertama. Di Melaka Sentral, bus beroperasi mulai pukul 07:30 sampai pukul 20:30 waktu Malaysia. Biaya tiket sekitar Rm 12 hingga Rm 14.


Masjid Jameek Sultan Abdul Samad 



Sampai di Terminal Bersepadu Selatan atau Bandar Tasik Selatan, kami menggunakan LRT untuk dapat ke Twin Tower Petronas. Dari sini, kami menuju Stasiun Masjid Jameek. Sebenarnya bisa juga dari Bandar Tasik Selatan ke KL Sentral lalu ke KLCC untuk langsung sampai di lokasi. Tapi kami mau mampir ke Masjid Jameek terlebih dahulu. Biaya koin LRT Bandar Tasik Selatan atau Terminal Bersepadu Selatan ke Masjid Jameek Rm 2.

Untuk mendapatkan koin LRT, harus melalui Vending Machine yang ada di setiap stasiun. Cara mendapatkannya juga mudah. Pertama, liat jenis-jenis keretanya, dan pilih mau naik kereta yang mana. Selanjutnya masukkan uang dan keluarlah koin bertuliskan rapidKL.

Kami mendekati petugas counter LRT saat mau mendapatkan koin. Aku tanya ke petugas counter, LRT tujuan Masjid Jameek. Saat itu mulutku lagi makan roti namun sudah mau habis. Roti dari kak Dewi yang diberikan saat di mobil grab dan tidak jadi aku makan, karena saat aku mau makan di mobil, aku disenggol oleh kak Dewi sebagai isyarat hormati orang puasa atau aku harus tahan layaknya orang puasa. Dan sialnya, aku ditegur petugas counter LRT.


Sultan Abdul Samad Building



"Awak tak puase ke? Tak hormat. Malu lah." kata petugas LRT kepada ku.

Spontan saja aku langsung pergi yang diikuti oleh kek Dewi dan bang Rifky. Suka aku dong, mau puasa atau tidak. Meski belum dapat jawabannya, aku yakin aja dengan hati, sebelah mana LRT pilihan kami. Dan ternyata kami pun berangkat dengan selamat.

Di Masjid Jameek, kami mengeksplor seluruh bangunan. Di belakang Masjid, kami menyaksikan langsung bangunan Sultan Abdul Samad Building. Sangat Indah karena antara Masjid Jameek dan Sultan Abdul Samad Building terpisah dengan kolam atau sungai (aku tidak yakin). Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan naik grab dari Masjid Jameek ke Twin Tower Petronas. Kami bayar Rm 5.


Bocah Udik Di Depan Mural Daerah Melaka



Sudah puas dengan photo di Twin Tower Petronas, kami langsung kembali ke Bandar Tasik Selatan. Dari sini kami harus melalui Stasiun LRT KLCC dengan biayanya hanya sekitar Rm 5,5. Stasiun ini tidak jauh dari Twin Tower Petronas. Tepatnya di Suria KLCC, Malaysia.

Saat tiba di Terminal Bersepadu Selatan atau Bandar Tasik Selatan, kak Dewi dan bang Rifky mau sholat. Tapi dengan berat hati, aku bilang jangan karena mengejar bus ke Johor Bahru. Aku takut tidak akan sampai di Pelabuhan Stulang Laut dengan tepat waktu. Akhirnya mereka mau ikut saran ku (maaf ya kak Dewi dan bang Rifky).

Kami pun membeli tiket dari Terminal Bersepadu Selatan ke Johor Bahru. Biaya tiket sekitar Rm 34 sampai Rm 35. Bus yang beroperasi disini, mulai pukul 02:00 hingga 24:00 waktu Malaysia. Jarak yang kami tempuh sekitar empat hingga lima jam. Dan kami tiba di Terminal Johor Bahru pukul 17:00 waktu Malaysia.


Museum UMNO Melaka



Dari Terminal Johor Bahru, kami akan ke Pelabuhan Stulang Laut. Aku langsung saja menghubungi grab agar cepat sampai di pelabuhan. Biaya dari Terminal Johor Bahru ke Pelabuhan Stulang laut, hanya Rm 16. Dan kami sampai pukul 17:45 waktu Malaysia. Itu artinya masih ada waktu sekitar 15 menit lagi.

Begitu sampai di counter, ternyata petugas mau menutup pintu. Tapi Alhamdulillah, ditunda karena kami sampai dengan tepat waktu. Kalau saja awalnya kak Dewi dan bang Rifky sholat di Terminal Bersepadu Selatan tadi, aku yakin pasti telat. Inilah drama perjalanan yang sangat menyenangkan buat kami.


Patung Di Kapal Flor De La Mar



Bocah Udik Di Depan Jam Kawasan Bangunan Merah Melaka



Koin Dan Kereta LRT Di Malaysia



Peta RapidKL




Restaurant Pak Putra 




Kawasan Jonker Street Di Melaka




Biaya Naik Grab Selama Di Malaysia



Bang Rifky, Kak Dewi, Dan Bocah Udik Di River Cruise Boat Melaka



Bang Rifky, Kak Dewi, Dan Bocah Udik Di Masjid Selat Melaka atau Masjid Apung


-----------------------------------

Rincian per orang:

Biaya tiket Batam - Johor - Batam: Rp 280 ribu.
Biaya pajak dari pelabuhan di Batam: Rp 70 ribu.

Total pertama: Rp 350 ribu

Biaya pajak dari pelabuhan di Johor: Rm 20.
Biaya grab pelabuhan stulang laut ke terminal larkin: Rm 4.
Biaya tiket Larkin ke Melaka Sentral: Rm 21.
Biaya grab dari Melaka Sentral ke Bangunan Merah: Rm 3.
Biaya penginapan selama dua hari: Rm 30.
Biaya makan: Rm 30.
Biaya tiket ke Museum Flor De La Mar: Rm 10.
Biaya grab dari Melaka ke Terminal Melaka Sentral: Rm 3.
Biaya tiket Melaka Sentral ke Terminal Bersepadu Selatan: Rm 12.
Biaya koin Terminal Bersepadu Selatan ke Masjid Jameek: Rm 2.
Biaya Grab Masjid Jameek ke Twin Tower: Rm 1,7.
Biaya koin dari KLCC ke Terminal Bersepadu Selatan: Rm 5,5.
Biaya tiket dari Terminal Bersepadu Selatan ke Johor Bahru: Rm 34.
Biaya grab ke Pelabuhan Stulang Laut: Rm 5,4.

Total kedua: Rm 181,6 x Rp 3.600 = Rp 653.760 (satu Ringgit ke Rupiah sekitar Rp 3.600).


Jadi total keseluruhannya Rp 1.003.760

No comments