Bocahudik.com - Travel Blogger Medan and Lifestyle Blogger Medan
  • Home
  • Achievements
  • Bio
  • Contact
  • Culinary
    • Asian
    • Western
      • Category 1
      • Category 2
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Culture
  • Hikayat
  • Hotel
  • Travel Story
    • North Sumatera
    • Riau Island
    • South Kalimantan
    • South Sumatera
    • West Sumatera
    • International
  • Ulasan

Saya beruntung bisa mengunjungi Pulau Babi, Batam. Betapa tidak, di pulau ini masih banyak terdapat masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan. Bahkan informasi saja pun tak tersalurkan dengan baik. Salah satunya tentang budidaya rumput laut.

Nah, saya ke Pulau Babi bersama Arfan. Salah satu teman yang baru saya kenal di Batam. Kami berangkat ke Pulau Babi dari Pelabuhan Sekupang menuju Pulau Penawar Rindu, Belakang Padang. Transportasi yang digunakan adalah boat. Biaya yang kami keluarkan Rp 32 ribu untuk dua orang.

Setelah sampai di Belakang Padang, kami bertemu dengan bang Kafi. Dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pulau Babi. Sebenarnya bisa langsung dari Pelabuhan Sekupang menuju Pulau Babi, namun kita harus menyewa boat. Dan biayanya pun sedikit mahal.

Tiba di Pulau Babi, kami pun menemui Ibu Ampriyanti Khapor. Koordinator petani rumput laut disana. Dengan ramah, dia mengajak kami keliling menemui para petani rumput laut. Rengkam, itulah sebutan untuk rumput laut.

"Ini rengkam yang mahal," kata Ampriyanti.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang menjanjikan di pasar ekspor. Di kota Batam, rumput laut hanya diberdayakan di Pulau Babi. Itu sih pengetahuan saya saja. Pasalnya belum pernah tau selain di Pulau Babi.



Rumput laut memiliki peran besar dalam kuliner Asia khususnya Asia Timur seperti Jepang, korea, dan Tiongkok. Sementara untuk negara di Asia Tenggara seperti Indonesia juga mengonsumsi rumput laut namun tak sebanyak negara Asia Timur.

Karena karang dikonsumsi, masyarakat menganggap rumput laut hanyalah satu jenis tanaman yang berasal dari laut. Bahkan terkadang dianggap sebagai sumber penghasil sampah laut dan mengganggu aktivitas para nelayan mencari ikan.

"Kami taunya ini bisa dikonsumsi dari Hazhari," ucap Ampriyanti.

Ya, beliau merupakan pelopor penggerak roda ekonomi bagi masyarakat di Pulau Babi. Awalnya yang dianggap sampah, kini dijadikan usaha. Kemudian kami diajak melihat proses pembuatan rumput laut. Prosesnya pun memakan waktu yang tak singkat.

Awalnya rumput laut dibersihkan terlebih dahulu setelah dipanen dari laut. Kemudian dibersihkan dan dikeringkan. Proses pengeringan menggunakan sinar matahari. Kalau cuaca panas, maka bisa kering selama dua hari. Namun jika cuaca tak bagus, akan memakan waktu pengeringan lebih dari dua hari.

Selain itu, rumput laut dijemur di atas para-para. Tak boleh ditumpuk begitu saja. Harus sering dibalik agar kering dengan sempurna. Bisa juga dijemur dengan cara digantung. Untuk yang sudah kering, bisa ditandai dengan keluarnya garam.

Setelah garam keluar, rumput laut dicuci dan dibersihkan lagi. Lalu dilakukan proses pengeringan yang kedua. Jika sudah kering, rumput laut dimasukkan ke dalam karung.



"Ini dari 7 kilo saat basah, jadi 1 kilo beratnya kalau kering," kata Ampriyanti.

Rumput laut yang sudah dikarungkan, diletakkan di dalam gudang. Setelah itu akan digiling menggunakan mesin penggilingan. Di Pulau Babi hanya ada satu mesin penggiling rumput laut. Itu pun hasil dari CSR perusahaan.

Nantinya ketika rumput laut sudah digiling, para petani rumput laut mengekspor ke Tiongkok. Disana, rumput laut dijadikan bahan makanan seperti mie, agar-agar, bahkan kosmetik.

"Kemarin kita ekspor 75 ton. Mereka buat mie rasa sirip ikan hiu," ujar Ampriyanti.

Harga jual rumput laut sangat menjanjikan bagi masyarakat Pulau Babi. Mereka menjual rumput laut dengan harga Rp 20 ribu per kilogram. Angka tersebut sangat besar bagi mereka. Pasalnya masyarakat Pulau Babi tidak memiliki penghasilan tetap.

Awalnya, masyarakat Pulau Babi hanya bekerja sebagai nelayan. Namun hasilnya hanya untuk dikonsumsi pribadi, tidak untuk dijual ke khalayak ramai atau pasar.

Saya tak habis pikir tentang pendidikan mereka atau anak-anak mereka. Bagaimana biaya pendidikannya kalau cuma hasil lautnya dikonsumsi untuk pribadi.

"Biaya pendidikan kan dari bantuan pemerintah," katanya.

Seiring berjalannya waktu, mereka pun sadar akan pendidikan. Kini beralih menjadi petani rumput laut. Namun tak meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan ikan.


Sekilas Pulau Babi

Pulau Babi merupakan nama pulau di wilayah Batam, Kepualaun Riau. Saat ini nama Pulau Babi sudah beralih menjadi Pulau Amat Belanda.

Dinamakan Pulau Babi karena dahulunya pernah ada warga yang memelihara babi. Namun karena konotasinya tidak baik, maka diubah menjadi Pulau Amat Belanda.

Nama Amat Belanda diambil karena dahulu ada seorang yang bernama Amat yang wajahnya mirip dengan orang Belanda. Pulau ini pernah dijadikan sebagai tenpat lokalisasi warga negara Singapura dan pelaut.

Namun kini tempat lokalisasi tersebut sudah tergerus oleh waktu. Kesan buruk dari pulau ini sudah berangsur hilang. Kini masyarakat sudah memiliki penghasilan yang baik.

Ironisnya meski penghasilan mereka sudah baik, infrastruktur ke Pulau Amat Belanda sangat minim. Hanya menggunakan transportasi laut seperti boat dengan harga yang tidak murah.

Bahkan mereka meminta kepada pemerintah untuk membangun jalan penghubung dari Pulau Amat Belanda ke Pulau Belakang Padang. Pasalnya kalau naik boat dari dan menuju Pulau Amat Belanda dikenakan Rp 20 per orang dengan sekali penyebrangan. Jadi kalau pergi pulang akan dikenakan Rp 40 ribu per orang.

Jumlah tersebut sangat mahal. Mereka memiliki anak yang harus ke Belakang Padang untuk sekolah dan juga harus ke pasar demi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya jembatan penghubung, maka biaya tersebut bisa digunakan untuk yang lain.
Taman Buaya Asam Kumbang

Sekitar pukul 11 siang, saya dan Pak Endang Sumantri bertolak ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Setelah dari Wisata Kotta Cinna, Medan Marelan. Tanggal 15 november 2020 kemarin.

Ya, saat itu hujan melanda kota Medan. Dengan mengendarai sepeda motor, kami sempat berhenti di warung kopi yang ada di Jalan Asrama Medan.

"Berhenti sebentar di warung kopi," kata Pak Endang yang merupakan Travel Writer.

Setengah jam berlalu. Hujan sudah tak terlalu deras. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang.

Tanpa mengenakan jas hujan, kami melaju dengan pelan. Tak terlalu kencang karena jalanan sedikit licin. Jalan yang kami lalui adalah Jalan Asrama menuju Jalan Ring Road. Kemudian belok kanan menuju Jalan Bunga Asoka. Setelah itu ke Jalan Bunga Raya.

Taman Buaya Asam Kumbang.


Penangkaran Buaya Asam Kumbang berada di Jalan Bunga Raya II, Asam Kumbang, Medan Selayang, Sumatera Utara. Letaknya sekitar 100 meter dari Jalan Bunga Raya. Tepat di sebelah kanan kalau sudah masuk dari gapura.

"Parkir di sana," kata seorang wanita saat kami tiba di Penangkaran Buaya Asam Kumbang.

Setelah parkirkan sepeda motor, kami langsung masuk ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Namun sebelumnya harus membayar tiket masuk dan uang parkir terlebih dahulu.

"Bayar Rp 25 ribu," kata wanita tersebut.

Untuk tiket masuk, mereka mengutip Rp 10 ribu per orang. Sedangkan untuk parkir kendaraan dikenakan Rp 5 ribu.

Aroma bau amis sudah tercium saat memasuki Penangkaran Buaya Asam Kumbang tersebut. Betapa tidak, penangkarannya tepat di depan pintu masuk. Namun tak terlalu bahaya karena dipagar sekitar 1 meter.

Taman Buaya Asam Kumbang.


Penangkaran Buaya Asam Kumbang berdiri di lahan sekitar 2 hektare. Sudah ada sekitar 61 tahun. Pemiliknya bernama Lo Kie Yoe atau Lo Than Muk, seorang pria kelahiran Aceh Timur. Beliau memang gemar memelihara hewan, terutama buaya.

"Awalnya buaya ada 12 ekor. Ditemukan di sekitar sungai atau rawa-rawa di Medan," kata pawang Buaya.

Penangkaran Buaya Asam Kumbang kini diteruskan oleh istrinya, Lim Hu Chu. Pada tahun 2008 kemarin, Lo Than Muk wafat. Saat ini buaya-buaya tersebut sudah berkembang biak sekitar 2.800 ekor. Dalam perhari, buaya-buaya tersebut menghabiskan sedikitnya 1 ton daging sejenis ayam.

Taman Buaya Asam Kumbang merupakan penangkaran buaya terbesar di Indonesia. Bahkan saat ini digadang sebagai penangkaran buaya terbesar se Asia Tenggara.

Buaya-buaya yang ada di Taman Buaya Asam Kumbang tersebut ada yang diletakkan di bak. Luasnya sekitar 6 meter dengan tingginya sekitar 1 meter. Setiap buaya dipisahkan berdasarkan umurnya. Dan setiap bak, terdapat beberapa ekor buaya.

Selain di dalam bak, ada juga buaya yang diletakkan di dalam telaga. Luasnya sekitar 1 hektare dengan kedalaman sekitar 3 meter. Telaga tersebut dibatasi dengan tembok atau teralis setinggi 2 meter agar pengunjung bisa melihatnya.

Taman Buaya Asam Kumbang.


"Ada buaya yang usianya 47 Tahun dan 29 Tahun yang dipisahkan," kata pawang Buaya.

Saya pun mengelilingi Taman Buaya Asam Kumbang. Ternyata ada bayi-bayi buaya di sana. Lantas, pawang Buaya menjelaskan kalau bayi-bayi tersebut sengaja dijemur agar tidak kena penyakit.

Pawang Buaya menawarkan kami untuk membeli daging ayam. Tujuannya untuk memberi makan buaya di sana. Harganya sekitar Rp 30 ribu. Namun ternyata pak Endang Sumantri lebih tertarik untuk berphoto dengan buaya.

Untuk photo dengan buaya, pengunjung dikenakan biaya Rp 5 ribu per orang. Tanang saja. Jangan takut. Buaya tersebut dilakban mulutnya. Sesekali matanya ditutup dengan kain. Kita bisa mengangkat atau bahkan mencium buaya tersebut sambil berphoto.

Taman Buaya Asam Kumbang.


Ada perbedaan antara buaya jantan dengan betina. Biasanya buaya jantan memiliki ukuran 3 hingga 5 meter. Sedangkan buaya betina rata-rata memiliki ukuran 2,5 hingga 3 meter.

Kami tak memiliki waktu yang banyak saat itu. Pasalnya pak Endang Sumantri harus balik ke Batam. Akhirnya kami pun kembali pulang.

Sebenarnya ini merupakan kedua kalinya saya ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Saya pernah ke sana bersama Carlos, teman saya dari Spanyol. Kami ke sana sekitar tahun 2018 lalu.

Waktu itu Carlos tidak terlalu suka dengan Penangkaran Buaya Asam Kumbang. Menurutnya, buaya-buaya disana harus dilepaskan di habitatnya. Dibiarkan bebas. Dia pun mengatakan kalau sebenarnya buaya-buaya di sana merupakan reptile yang dilindungi.

Ada beberapa jenis buaya di Taman Buaya Asam Kumbang. Yakni buaya muara dan buaya senyulong. Nah, buaya-buaya tersebut merupakan reptile yang dilindungi. Mungkin itu sebabnya Carlos mengatakan kalau buaya-buaya tersebut harus dilepas di alamnya.

Taman Buaya Asam Kumbang.


www.bocahudik.com

Kabupaten Langkat memiliki berbagai kekayaan dan keindahan alam yang berlimpah. Salah satunya daerah Kutambaru Maryke. Disana terdapat Air Terjun Saringgana. Saya berwisata ke Air Terjun Saringgana pada September 2020 kemarin. Tempat wisata impian saya sejak awal tahun lalu. Saya kesana bersama teman-teman menggunakan sepeda motor.

Air Terjun Saringgana berada di Desa Sulkam, Kecamatan Kutambaru Maryke, Langkat, Sumatera Utara. Jaraknya 77 Kilometer dari Kota Binjai. Atau sekitar 3 Jam menggunakan sepeda motor.


Air Terjun Saringgana memiliki ketinggian sekitar 70 meter. Berada di kaki gunung hutan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL. Dan dialiri oleh aliran sungai TNGL sepanjang 24 kilometer.

“Kita isi bensin dulu,” Kata Praja pada malam itu.

Ya, sebelum berangkat, saya menunggu rombongan di cafe yang berada di Helvetia Pasar 7. Kami berangkat dari Kota Medan pada malam hari. Kami berkumpul di rumah Bagas sekitar pukul 7 malam terlebih dahulu dan kemudian mengisi bensin di SPBU Pasar 8 Helvetia Medan.

Malam itu udara sangat dingin. Air hujan mulai berjatuhan. Kami belum booking penginapan saat menuju ke Air Terjun Saringgana. Tapi kami tetap memutuskan untuk berangkat kesana meski tak tau jalannya. Hanya menggunakan maps sebagai penunjuk arah jalan.

Rute yang kami pilih adalah Jalan Gatot Subroto menuju Binjai. Kemudian ke arah Bukit Lawang. Setelahnya memilih Desa Sulkam, Kutambaru Maryke, Langkat.

Saat perjalanan, kami berhenti beberapa kali untuk berteduh. Malam itu hujan sangat deras. Kami berteduh di Binjai dan di warung mie sop yang ada di daerah Selesai, Langkat.

Sewaktu beristirahat di warung mie sop tersebut, kami bertanya tentang penginapan. Pasalnya kami belum juga menemukan penginapan. Sementara malam semakin larut dan hujan semakin deras 

“Kalian mau kemana?” Ucap ibu penjual mie sop.

Penjual mie sop tersebut menjelaskan kalau Air Terjun Saringgana masih terlalu jauh. Lokasinya juga tak terlalu ramai. Kalau mau menginap, harus ke arah Bukit Lawang atau Bahorok karena disana banyak penginapan.

“Nginap di rumah ibu ini aja. Dia baik tuh. Suami dan anaknya juga baik,” saran ibu penjual mie sop itu sambil menujuk ke arah temannya.

Ana, namanya. Dia mengijinkan kami untuk tidur di rumahnya. Kami sangat bersyukur karena kebaikannya menerima kami untuk beristirahat di rumah yang hangat tersebut.

www.bocahudik.com


Rumah Bu Ana tak terlalu jauh dari lokasi ibu penjual mie sop tadi. Sampai di rumah, Bu Ana mengenalkan kami ke suaminya. Dan suaminya menyambut kedatangan kami dengan hangat.

"Buatkan minum, bu," kata bapak itu.

Malam itu kami diberikan makanan dan minuman yang lezat. Mereka bercerita tentang kehidupannya sehari-hari. Termasuk suaminya yang merupakan penghulu di KUA Langkat. Suaminya merupakan lulusan Sarjana dari IAIN Medan.

Namun obrolan kurang nyaman karena si ibu gelisah terhadap anaknya yang belum pulang. Si ibu tak fokus karena memikirkan anaknya yang tak ada kabar hingga jam menunjukkan pukul 1 malam.

“Balike aye ke showroom. Ndablek tenan. Ora iso dibilangi,” kata ibu dengan logat Bahasa Jawa.

Kecemasan sang ibu semakin memuncak saat anaknya tak dapat dihubungi.

"Mampus aye lah," ucap Bu Ana.

Dengan sabar, suaminya mencari si anak yang tak pulang. Mencari ke rumah tetangga dan teman-teman si anak. Namun tak ada hasil. Si ibu pun menangis sambil memikirkan anaknya. Alhasil, kami tak bisa istirahat karena merasa sedih lihat Bu Ana.

Keesokan harinya saat kami mau berangkat, si anak pun pulang ke rumah. Sambil membawa bungkusan makanan, dia beri ke adiknya. Bersyukur tak terjadi apa-apa ke dia. Tak seperti yang dibayangkan bu Ana kalau akan terjadi hal buruk.

"Sarapan dulu sama bapak. Ayo makan," kata Bu Ana.

“Rezeki dan hemat banget ya,” Batinku.

Setelah sarapan dan pamitan, Kami pun melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Saringgana. Namun di pertengahan jalan, rantai sepeda motor saya putus. Perjalanan pun tertunda. Selang beberapa menit kemudian, kami lanjutkan perjalanan setelah rantai motor selesai diperbaiki.

www.bocahudik.com


Perjalanan pun terus berlanjut hingga ke Kutambaru Maryke. Jalanan sudah mulai tidak beraspal. Tanah berbatu kerikil, jalanan yang naik dan turun serta jalanan yang rusak parah. Bahkan kami melalui medan yang licin dan becek. Pasalnya saat ke Air Terjun Saringgana, hujan.

Ketika hujan turun, jalan yang dilalui menjadi lebih ekstrim. Kami melewati dua sungai kecil. Perjalanan menuju Air Terjun Saringgana tidak mudah. Tapi disini letak keseruan dari petualangan ini. Sepeda motor milik Midun, teman kami saja sempat bocor ban. Dan kami titipkan di rumah warga.

Beberapa kali kami berhenti karena jalanan yang licin. Lumpur kuning menghiasi sepeda motor kami. Tak jarang selalu jalan di tempat.

“Tadi ada bule ke sana juga. Disana juga ada yang jualan kopi,” ucap seorang bapak yang bekerja sebagai penebang pohon. Mungkin illegal logging.

Sempat ragu dengan tujuan kami. Namun akhirnya sampai juga di Pos Parkiran Air Terjun Saringgana. Dari area tersebut, kami masih melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Saringgana dengan berjalan kaki kurang lebih 30 menit. Trekking ke hutan, naik turun tebing maupun jurang, berjalan dengan bantuan pepohonan, dan lain sebagainya. Tak jarang kaki kami dipenuhi dengan pacet. Hewan penghisap darah.

www.bocahudik.com

www.bocahudik.com


Sampai di lokasi, tak ada satu orang pengunjung pun selain kami berenam. Dan tak ada penjual makanan dan minuman seperti yang bapak tadi bilang. Ternyata dia berbohong.

“Sial,” Batinku. Padahal kami sudah kelaparan.

Dalam setiap perjalanan wisata air terjun, memang dibutuhkan adrenalin tinggi untuk mampu menaklukkannya. Namun, semua itu terbayarkan dengan hasil akhir yang dinikmati begitu sampai di Air Terjun Saringgana. Keindahan panorama air terjun yang sangat indah dan eksotik, benar-benar membius para pengunjung dan membuat enggan untuk beranjak pergi.

Sekitar pukul 4 sore, kami bergegas untuk pulang. Trekking di hutan dan hujan yang lebat menyebabkan tanah menjadi becek dan berlumpur. Kami pun harus lebih waspada agar tidak terpleset ke jurang. Selesai sudah trekking dan sampai di parkiran.

Belum lagi menaiki sepeda motor dan melewati jalanan berlumpur, licin dan ekstrim. Hal tersebut membuat kami sulit untuk memacu sepeda motor. Akhirnya kami dorong-dorongan sepeda motor agar bisa jalan.

Tips Untuk Berwisata ke Air Terjun Saringgana

-          Bawa bekal makanan dan minuman
-          Periksa kendaraan
-          Jangan datang di hari hujan karena jalanan licik dan becek atau sangat ekstrim.
-          Bawa barang seperlunya saja.

www.bocahudik.com

Bakso merupakan salah satu kuliner favorit masyarakat Indonesia. Terutama saya. Rasanya yang nikmat, gurih, dan lezat membuat ketagihan untuk mengkonsumsinya. Kuah yang kental dan tekstur bakso yang kenyal menjadikan kita tak ingin berhenti makan. Kuliner ini juga mudah ditemukan di hampir seluruh penjuru Indonesia.

Bakso adalah kuliner Tionghoa Indonesia. Berasal dari Bahasa Hokkien yang diserap dari kata Bak dan So. Artinya daging yang digiling. Rata-rata, dagingnya menggunakan daging ayam, ikan, atau sapi.

Umumnya, bakso berbentuk bulat. Namun seiiring berjalannya waktu, bentuk bakso semakin unik. Ada yang berbentuk seperti mangkuk, udang, bahkan berbentuk seperti pizza.

Saya makan bakso di Iki Bakso Malang kemarin. Cuaca kota Medan yang selalu mendung, membawa saya ke Iki Bakso Malang. Lokasinya berada di Jalan Gaperta Nomor 100 Medan. Tepat di depan The Piazza Residence.


www.bocahudik.com


“Bakso Moza, Kak,” ucap saya ke penjual Iki Bakso Malang.

Tak sampai lima menit, pesanan saya pun tiba. Bakso Moza yang tampak lezat dan nikmat. Tampilan bakso besar dikelilingi dengan bakso kecil menambah gairah untuk menyantapnya. Selain itu terdapat pangsit yang menambah selera.

Bagi yang belum tau pangsit, biasa disebut wonton. Makanan ini merupakan daging yang dicincang dan dibungkus dengan lembaran tepung terigu. Sering ditemui di hidangan sup mau pun mie ayam. Selain direbus, pangsit juga bisa digoreng seperti kerupuk.

“Apa ya isinya?” tanya saya dalam hati Ketika melihat Bakso Moza dari Iki Bakso Malang yang besar tersebut. Begitu dibelah, keluarlah buah durian. Becanda.

Sesuai dengan namanya, Bakso Moza. Isinya terdapat keju Mozzarella. Keju yang terbuat dari susu sapi atau kerbau. Bayangkan saja, rasa daging bakso dicampur dengan keju. Terasa gurih dan lezat, bukan?

www.bocahudik.com


Rasa gurih bukan dari bakso saja. Racikan kuah dari Iki Bakso Malang terasa nikmat. Kita bisa memilih bihun atau mie kuning sebagai campuran menu di Bakso Moza. Saya memilih bihun karena tak terlalu suka dengan mie kuning.

“Sluuurp,” mie tersebut langsung masuk ke dalam bibir mungilku.

Cuaca mendung diobati dengan kuah Bakso Moza yang hangat, pas. Tak sampai satu jam, satu mangkuk bakso Moza sudah habis dan masuk ke dalam perutku. Mantap.

Iki Bakso Malang tak hanya menyediakan Bakso Moza. Namun ada beberapa menu lainnya. Ada Bakso Pizza, Bakso Mercon, Bakso Mangkok, Bakso Mangkok Rendang, Bakso Tulang Rusuk, dan lainnya.

Bakso Pizza, contohnya. Saya melihat pesanan pembeli. Saat sudah siap santap, tampilannya sangat menggoda. Satu Bakso Pizza dapat disantap oleh dua atau tiga orang. Bakso ini tanpa kuah.

Tampak potongan sosis, bawang, dan paprika menghiasi permukaan Bakso Pizza. Iki Bakso Malang sangat kreatif.



Bagi yang tak suka dengan bakso, Iki Bakso Malang menyediakan Mie Ayam. Yakni Cwie Mie Malang, Mie Ayam, dan Mie Ayam Komplit. Harganya pun sangat terjangkau. Tak perlu pergi jauh ke Malang untuk menyicipi kuliner bakso Malang. Cukup datang ke Jalan Gaperta Medan, Iki Bakso Malang sudah mewakili kuliner bakso di Malang tersebut.


www.bocahudik.com

www.bocahudik.com

Saya mengetahui blog sejak tahun 2008. Waktu itu seorang guru menugaskan saya untuk membuat blog sebagai syarat kelulusan ujian akhir sekolah UAS. Dan saya memutuskan untuk menjadi seorang blogger pada tahun 2016 kemarin. Pasalnya sejalan dengan profesi saya, reporter televisi.

Hingga kini masih terus menulis di blog meski sudah tak berprofessi sebagai reporter televisi lagi. Selain menambah karya, terkadang mengobati kangen dengan professi saya tersebut.

Awalnya nama blog saya adalah maritravelling dot com. Kemudian saya mengubahnya menjadi www.bocahudik.com setelah setengah tahun berjalan. Saya mengganti dengan alasan terlalu spesifik. Maritravelling dot com merupakan niche blog travel, bukan umum.

Saya hobi curhat. Suka cerita tak jelas tentang hidup saya. Tentang pengalaman pribadi. Dan blog bagi saya adalah sebagai wadah untuk mendengarkan atau pengganti orang. Akhirnya saya ubah menjadi www.bocahudik.com

  • Kenapa Bocah Udik?

Menurut PUEBI (Sok banget sih bawa Puebi segala), Bocah adalah anak-anak. Sedangkan Udik adalah kampung. Jadi, bocah udik adalah anak kampung. Lebay banget ga sih?

Saya lahir dan besar di Kota Medan. Berasal dari keluarga biasa. Anak kedua dari empat bersaudara. Namun selalu dimanja oleh keluarga saya laiknya BOCAH kecil.

Saya jarang keluar rumah. Maklum anak pingit yang kalau keluar rumah, orangtua selalu menjerit. “Jangan main-main jauh. Atau ga usah pulang sekalian,” kata bapak dengan nada keras. Terkadang memegang parang mau belah kelapa. Kan serem lihatnya. Jadi setiap mau keluar rumah selalu terngiang-ngiang kalimat tersebut.

Saya sering bergumam dalam hati, “Kalau ga pulang, dimana aku tidur ya,”

Mungkin itu sebabnya kalau setiap keluar rumah dan lihat sesuatu yang tak pernah dilihat, saya selalu heboh sendiri. Seperti orang KAMPUNG. Kalau kata anak gaul, “Kamseupay”. Pasalnya selalu dikurung. Tak pernah lihat dunia luar. Jadi terkejut dan terheran-heran, kan? Ya, begitulah anak kesayangan orangtua.

Saya jalan-jalan ke Singapura pada tahun 2016. Tetiba saya kepikiran untuk mengubah nama blog. Sesuai selera, saya akan mengganti nama yang bisa untuk semua niche. Dan langsung saja saya memilih www.bocahudik.com karena saya merasa udik dan bocah.

“Masa iya sih anak kampung bisa jalan jalan ke luar negeri,” itulah pikiran saya sewaktu di Singapura.

Nah begitu sampai di Indonesia, saya mengganti nama blog menjadi www.bocahudik.com. Nama domain yang sesuai dengan saya.

  • Apa Saja Yang Sudah Didapat Dari Bocah Udik?

Jawabannya adalah MUSUH. Saya pernah menulis ini di blog dengan judul tulisan Penyakit Para Blogger di Medan Hingga Terbentuk KomunitasBlogger Sumut. Pasalnya sejak kenal blogger di Medan, saya selalu diserbu dengan akun palsu. Mereka komentar di blog, instagram, maupun di google guide dengan fitnahan. Jahat banget blogger di Medan ini meski tidak semua blogger sih. Hal itu membuat saya berpikir, "Banyak banget fansku di Medan".

Saya juga mendapatkan penghasilan dari blog. Perlu di bold, BUKAN PENGHSILAN TETAP. Hanya hobi yang mendatangkan penghasilan saja. Lumayan toh. Penghasilan bukan hanya dalam bentuk uang tapi bisa saja undangan makan, tidur di hotel, atau jalan-jalan gratis. Selain itu mendapatkan keluarga baru, pembaca setia, dan penggemar yang kalau ketemu selalu minta photo. Ya maklum, Saya kan blogger papan atas.

  • Selama Covid-19, Apa Yang Dikerjakan?


Tidak ada perubahan dalam dunia blog saya selama Covid-19. Saya masih melakukan aktifitas seperti biasa. Jalan-jalan, makan, undangan untuk blogger, dan lainnya. Kalau penghasilan sih tak ada masalah juga karena blog adalah hobi, bukan pekerjaan.

Saya masih bisa menjelajahi tempat wisata di Sumatera Utara selama Covid-19. Semua hal tersebut saya tuangkan di www.bocahudik.com.

Covid-19 tidak mempengaruhi dunia blog saya. Justru saya semakin produktif dalam menulis blog. Lihat saja tulisan blog saya, ada bertambah akibat Covid-19 dan itu semua terjadi karena saya hampir setiap minggu menjelajahi Sumatera Utara. Untuk konten blog terbaru.

Selamat Hari Blogger Nasional Ke-13. Saya bangga menjadi Blogger. Dengan menjadi blogger, tulisan saya dibaca oleh semua orang. Karya saya tidak akan mati. Jadilah blogger yang bodoh dan banyak musuh. Jangan jadi blogger bodrex.

www.bocahudik.com

Aku menyadari kalau kita sudah dewasa. Tak seperti dulu lagi, manja kepada orangtua kita. Kehidupan kita selalu dipenuhi dengan tertawa, gembira, dan aman. Bahkan kadang kita berebut makanan dan mainan hingga terjadi perkelahian. Terasa menyenangkan dan ingin sekali mengulangi hal itu.


"Pak... Tidur ya. Mak... Tidur ya."

Itu lah kalimat yang kita ucapakan setiap malam. Bersuara dengan keras ketika mau tidur. Berlomba-lomba mendapatkan jawaban dari orangtua kita. Dan kalau tidak ada jawaban, kita semakin teriak kencang.

Kita tidak dilahirkan di istana mewah. Tapi tumbuh dan besar di rumah yang mungil. Lahir dan dirawat oleh orangtua yang luar biasa hebatnya. Penuh kasih sayang dan kehangatan.

Permintaan kita selalu dituruti mereka. Mulai mainan yang murah hingga barang berharga.  Aku ingat saat kepalaku berdarah karena kakak pukul pakai cangkir. Itu terjadi karena kita rebutan mainan. Beruntung ada nenek yang melerai kita.

Kakak selalu menjadi pelindungku. Ketika aku ada masalah, kakak selalu pasang badan. Tak peduli lawan jenis apa yang dihadapi, kakak selalu ada buatku. Tak pernah takut sama siapa pun.

Bahkan ketika aku sakit, kakak mengurusi aku seperti saat ini. Kakak selalu menyiapkan makanan buatku. Selain itu selalu mengirimkan pesan whatsapp setiap malam, "Jam berapa pulang? Sudah makan?"

Kita selalu bersama. Mulai duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Kita terpisah saat kuliah karena beda universitas. Tapi kita berangkat dan pulang sama saat mau ke kampus. Bapak mengantar dan menjemput kita.

Di mobil, kita selalu ceria. Bapak memutar lagu lawas. Sementara kita bercengkrama. Tak jarang sibuk dengan telepon genggam masing-masing. Kita juga pernah bekerja di perusahaan yang sama. Dan itu bukan satu perusahaan saja.

Pernah ada orang yang memfitnahmu. Dan tak tanggung-tanggung fitnahnya karena menyebutkan dirimu sebagai simpanan pria hidung belang. Padahal orang yang fitnah itu adalah adik dari bapak kita. Disitulah aku marah dan murka. Pasalnya kita selalu bersama, berdua.

Aku pernah diusir dari rumah dua kali. Kakak ikut denganku. Kita hidup susah dengan menyewa kamar kecil. Beda dengan rumah kita yang sangat nyaman. Tapi disitulah kita belajar tentang hidup.

Kakak selalu cerita tentang gebetan saat beranjak dewasa. Aku menjadi pendengar budiman dan dewan penasihat asmara. Dan sampai sekarang, aku mengingat lelaki yang mengisi kehidupan kakak. Dia sangat baik, ramah, dan bertanggungjawab. Lelaki yang kakak kenal saat kita pulang dari rumah kakek.

Hidup itu jangan lemah. Harus kuat. Jangan pernah mengagungkan pasangan dengan cinta sepenuhnya. Jangan lemah hanya karena cinta. Bisa hancur. Cinta membuat kita menjadi lemah dan hancur. Cinta yang kuat hanya kepada Tuhan, Allah kita.

We blind ourselves to the truth because we are weak and we hope. But there is no hope for love. Love ends in betrayal. Love is a lie. It is a trick played by the cruel on the foolish and the weak.

Jangan jadi orang bodoh dan penakut. Satu hal yang aku miliki saat ini adalah memiliki seorang kakak yang pemberani. Tapi itu saja tidak cukup.

Dalam hidup, kita harus berbuat baik kepada semua orang. Kemudian kita harus memiliki sifat keras, tak peduli omongan orang, berkemauan yang tinggi, percaya diri, dan yakin.

Kak, melalui tulisan ini, aku ungkapkan rasa sayangku. Aku bangga memiliki seorang kakak sepertimu. Dan aku berharap agar kakak paham dan mengerti maksud dari tulisanku. Tapi kalau sudah dibaca, biasa aja ya. Jangan bersuara. Aku malu.

“To the outside world, we all grow old. But not to brothers and sisters. We know each other as we always were. We know each other’s hearts. We’ve shared private family jokes. We remember family feuds and secrets, family griefs and joys. We live outside the touch of time.” – Clara Ortega.

www.bocahudik.com


“Kepada pemerintah daerah Sumatera Utara, pemprov. Itu kayak aku pengen kasih toa gitu. Karena hutan kita yang habis dibabat untuk kelapa sawit berada di Sumatera Utara,” - Satya Winnie.

Saya mendapat undangan dari Hutan Itu Indonesia X Blogger Perempuan Network (BPN) pada tanggal 22 September 2020. Undangan Online Gathering yang dikirim melalui email. Topik pembahasan tentang Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan. Dan akan dibahas pada live meeting on Zoom pada tanggal 02 Oktober 2020.

Ternyata undangan tersebut bermula dari perlombaan yang diadakan oleh Hutan Itu Indonesia dengan Blogger Perempuan Network bulan lalu. Saya mengikuti lomba tersebut dengan judul tulisan AdopsiHutan Mampu Babat Habis Penebangan Liar Hutan Di Taman Nasional Gunung Leuser. Dan saya patut bangga karena dari ratusan peserta yang mengikuti lomba, tulisan tersebut masuk ke dalam 30 tulisan blogger terpilih.

Tepat hari Jumat, 02 Oktober 2020 pukul 14:00 Wib, live meeting on Zoom pun dimulai. Dengan dipandu host kece, Rian Ibram, acara berjalan dengan lancar dan “hidup”. Para narasumbernya pun sangat menguasai topik pembahasan, sehingga penjelasannya dapat dipahami. Hal tersebut membuat saya yang miskin akan ilmu pengetahuan menjadi mengerti. Ilmu dan wawasan saya terkait adopsi hutan jadi bertambah karena mengikuti undangan tersebut.



www.bocahudik.com


Acara Dimulai

Acara ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu, Rian Ibram memulai acara dengan mengenalkan Hutan Itu Indonesia dan BPN kepada kami, para peserta.

“Hutan itu Indonesia merupakan sebuah gerakan terbuka yang percaya akan pesan positif dan tentu saja untuk menumbuhkan rasa cinta kepada hutan yang ada di Indonesia dan ini sangat berpengaruh kepada kehidupan kita,” kata Rian Ibram.

Sementara BPN sendiri merupakan platform digital seluruh blogger perempuan di Indonesia. Dimana dalam komunitas yang berkembang sangat pesat dari tahun 2015 tersebut, bisa belajar dan menginspirasi satu dan lainnya melalui konten masing-masing blogger.

Rian juga menjelaskan tentang adopsi hutan. Menurutnya, adopsi merupakan saling membantu dana atau donasi. Nantinya dana tersebut digunakan untuk penjagaan suatu Kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat atau penjaga hutan yang ada di wilayah tersebut. Dengan mengadopsi hutan, artinya mengapresiasi kehidupan disana termasuk di Indonesia.

Hutan Itu Indonesia berkolaborasi dengan kelompok penjaga hutan yang mensosialisasikan aksi adopsi hutan. Ini merupakan contoh tindakan nyata untuk melindungi hutan dan keanekaragaman hayatinya. Sejak tahun 2016 hingga 2019, Hutan Itu Indonesia sudah mengumpulkan dana adopsi hutan Rp 640.900.000 dalam upaya konservasi dan restorasi di 14 hutan hujan tropis bersama 4 lembaga pengelolaan adopsi pohon.

Setelah penjelasan tersebut, Rian Ibram mengadakan games seru agar suasana meeting tak terlalu tegang. Permainan dimulai dengan menghitung jumlah flora dan fauna, manusia, dan tebak kata. Semua pertanyaan dijawab melalui chat box yang ada di Zoom dan dinilai dengan jawaban tercepat serta jawaban yang paling benar. Namun sayang, saya kurang beruntung dalam menjawab pertanyaan tersebut sehingga tidak menang.


www.bocahudik.com


Sebelum mendengarkan penjelasan dari narasumber, kami menyaksikan video cerita hutan dari penjaga hutan air tenang. Dalam video tersebut, KKI Warsi menggagas program pohon asuh untuk membantu masyarakat adat dan lokal dalam melindungi kawasan hutan.

“Dengan adanya pohon asuh, para pihak yang punya kepedulian terhadap hutan bisa berpartisipasi dengan mangasuh pohon,” kata Fredy Yusuf (KKI Warsi).

Dalam video tersebut terucap harapan kepada pemerintah dan masyarakat untuk berkomitmen dalam menjaga hutan karena hutan merupakan salah satu penyanggah kehidupan masyarakat. Selain itu untuk menghindari erupsi atau longsor. Hutan juga bisa menghasilkan listrik bagi masyarakat karena menggunakan mikrohidro atau pembangkit tenaga listrik yang menggunakan aliran air sungai, dalam hal ini sungai yang berada di sekitar hutan.

Para Narasumber

  • Christian Natalie
Hutan di Indonesia sangat kaya akan kenakeragaman hayatinya. Namun kondisi hutan di Indonesia sedang tidak baik. Kebakaran hutan, longsor, maupun banjir tak lepas dari campur tangan manusia. Oleh karenanya harus mengkampanyekan penanganan masalah atau kondisi tersebut lewat tulisan agar kondisi hutan bisa menjadi lebih baik lagi.

Sudah banyak hutan yang berkurang dan dijadikan lahan terbuka di Indonesia. Hal tersebut bisa dirasakan melalui suhu atau iklim yang semakin panas. Dan saat ini hutan di Indonesia masih tersisa sekitar 4 kali negara Jepang. Hampir setiap tahun selalu berkurang. Hutan di Indonesia berkurang sejak tahun 1998.

“Kita harus menjaga hutan agar tidak berkurang. Dan hutan tropis kita berada di peringkat ketiga setelah Brazil dan Kongo,” kata Christian Natalie.

www.bocahudik.com


Awalnya adopsi hutan bermula dari adopsi pohon. Namun konsep tersebut berubah karena hutan bukan sekedar pohon, melainkan banyak flora dan fauna didalamnya. Keistimewaan hutan di Indonesia, Leuser contohnya merupakan satu-satunya hutan tropis di dunia yang memiliki 4 megafauna yakni Badak, Harimau Sumatera, Gajah, dan Orangutan.

Selain itu menjadi pusat penelitian domestik atau internasional, bisa dikembangkan sebagai ekowisata, dan juga sebagai sumber ilmu pengetahuan kehutanan dan keanekaragaman hayati. Stasiun Riset Soraya, misalnya.

Program adopsi hutan sudah berdiri dari tahun 2016. Terinspirasi oleh program pohon asuh dari KKI Warsi. Bagi masyarakat yang tidak melanjutkan adopsinya, maka pohon yang diadopsi akan dialihkan ke donator lain. Pasalnya dana tersebut nantinya akan digunakan untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan hutan. Dan baru-baru ini, Norwegia memberikan donasi kepada Indonesia.

  • Irham Hudaya Yunardi
Masalah utama yang dihadapi di hutan leuser adalah penebangan liar (illegal logging), perambahan, dan lainnya. Ancaman tersebut merupakan ancaman nyata bagi kita semua. Beruntung dunia sedang dihadapi pandemik global seperti Covid-19 sehingga bisa memulihkan sedikit kondisi hutan.

Dalam live meeting on Zoom, dijelaskan juga tentang Stasiun Penelitian Soraya. Stasiun tersebut terletak di Desa Pasir Belo, Subulussalam, Provinsi Aceh. Stasiun penelitian tersebut berada di Kawasan Ekosistim Leuser dengan luas 500 hektar dan dikelola Dinas Lingkungan Hidup yang bekerjasama dengan Forum Konservasi Leuser dan KPH Wilayah IV Aceh.


www.bocahudik.com


“Stasiun penelitian ini tidak hanya menjadi pusat edukasi atau riset, tapi menjadi pos jaga 26 tim ranger,” kata Irham.

Stasiun Penelitian Soraya dibangun pada tahun 1994. Namun pada tahun 2001, stasiun tersebut dibakar dan ditutup akibat konflik Aceh. Dan setelah 15 tahun berlalu, Stasiun Penelitian Soraya diaktifkan kembali. Pasalnya banyak keanekaragaman hayati yang menjadi penyangga Taman Nasional Gunung Leuser.

  • Satya Winnie

www.bocahudik.com

Menurut Satya Winnie, berbicara tentang Leuser, hutan tropis tersebut memiliki paket yang lengkap. Disana bisa mandi air panas, mandi di sungai, lihat orang hutan, gajah, dan badak serta kenaekaragaman hayati lainnya.

Satya Winnie juga menjelaskan tentang Desa Ketambe, Aceh. Di sana terdapat berbagai keanekaragaman hayati. Selain itu harus menjaga norma saat berkunjung ke hutan.

“Tanpa gadget, kita bisa hidup. Tapi tanpa hutan, kita akan mati karena di dunia ini dimiliki sama hutan. Udara dan air bersih dari hutan,” ujar Satya Winnie.

Salah satu hal yang paling menyenangkan bagi Satya Winnie adalah bisa menjumpai banyak orangutan di Leuser. Dia mengatakan bahwa kita bisa memberikan makanan, namun hal tersebut masih menuai pro dan kotra dalam memberikan makanan kepada hewan liar. Para guide juga dilatih untuk menegur pengunjung yang berisik saat berhadapan dengan orangutan.


www.bocahudik.com


Satya Winnie juga mengatakan bahwa ada berbagai pohon yang usianya ratusan tahun di ketambe. Diharapkan pohon-pohon tersebut tetap dijaga agar anak cucu atau generasi penerus kita bisa merasakan dan mengetahui adanya pohon yang sangat besar dan berusia ratusan tahun.

Banyak hutan yang beralih menjadi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Berbicara tentang masalah tersebut seperti mendapat buah simalakama bagi kita, masyarakat, maupun pemerintah. Pasalnya, Indonesia mendapatkan 1 Juta Dollar dari Norwegia untuk mengurangi karbon. Uang bantuan tersebut digunakan untuk kepentingan lingkungan. Dari hal tersebut tampak jelas bahwa Norwegia menentang industri kelapa sawit. Namun di sisi lain, di Norwegia pernah ada pameran produk kelapa sawit Indonesia.

Dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit sangat besar. Khususnya bisa berdampak pada ekologi, ekonomi, sosial, budaya, konflik lahan, sumber  daya agraria, pencemaran lingkungan, pemanasan global, pencemaran air, tanah, dan udara. Dengan adanya aktivitas yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasan mengakibatkan kerusakan terhadap kawasan terus bertambah.

Perlu diingat bahwa Sumatera Utara dinobatkan sebagai produsen kelapa sawit terbesar ke dua di Indonesia, dengan luas lahan sekitar 2,5 juta Ha. Selama ini limbah batang sawit setelah replanting, karena tidak boleh dibakar, petani mencacahnya hingga dibiarkan busuk. Hal tersebut menimbulkan masalah baru, hama, karbon padahal itu bisa dimanfaatkan untuk perkayuan menjadi pintu, jendela, lemari, kayu lapis dan fancy flooring.

Dengan sedikit usaha, batang sawit yang dianggap limbah bisa mempunyai nilai ekonomis. Hal itu sudah dipamerkan di Jerman, Postdam 28-29 Juni dan di Saarbrucken pada 26 Juni 2019. Tanggapan Jerman sangat positif dan antusias. Begitu juga dengan parfum dari kemenyan. Ternyata kemenyan merupakan pengikat parfum yang sangat baik, sehingga tidak butuh alkohol.

Pengembangan parfum kemenyan berada di LHK Aek Nauli. Parfum ini menjadi buah bibir di Jerman. Kemenyan juga dimanfaatkan untuk pembuatan propolis yang berkhasiat sebagai anti mikroba, antibiotik alami, dan juga anti kanker. Dengan demikian, pembahasan tentang kelapa sawit ini terdapat sisi positif dan negatif.


www.bocahudik.com


Satya Winnie memaparkan bahwa area Leuser yang paling banyak beralih menjadi perkebunan kelapa sawit terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Satya Winnie pernah mengikuti last place on earth challenge, dimana dia mengikuti atau memotong kelapa sawit illegal secara langsung. Tujuannya agar tidak ada lagi kebun sawit illegal.

“Kepada pemerintah daerah Sumatera Utara, pemprov. Itu kayak aku pengen kasih toa gitu. Karena hutan kita yang habis dibabat untuk kelapa sawit berada di Sumatera Utara,” ucap Satya Winnie.

Satya Winnie berharap semua blogger menyuarakan agar hutan tetap dijaga. Tidak semua hutan beralih ke perkebunan kelapa sawit. Pasalnya kita butuh hutan agar tetap ada, terutama di Sumatera Utara karena banyak hutan beralih ke perkebunan kelapa sawit.

Hutan Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan ketiga terluas di dunia dengan hutan tropis dan sumbangan dari hutan hujan (rain forest) Kalimantan dan Papua. Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI), sebuah lembaga independen pemantau hutan Indonesia, sejumlah 82 hektare luas daratan Indonesia masih tertutup hutan.

Ini merupakan satu prestasi membanggakan mengingat hutan merupakan salah satu pendukung yang sangat penting bagi keseimbangan alam. Hutan tropis di Indonesia menyimpan banyak potensi energi mikrobiologi yang sangat diperlukan dunia.

Energi mikrobiologi sebagai generasi kedua dan ketiga sumber energi di dunia. Energi mikrobiologi hanya dapat ditemukan di hutan hujan tropis dan keanekaragaman hayati.

Melihat betapa pentingnya hutan bagi masa depan, namun betapa memprihatinkan mengingat laju kehilangan hutan di Indonesia begitu cepat. Data kehilangan tutupan pohon tahun 2015 yang diolah oleh Laboratorium Global Land Analysis & Discovery (GLAD) dari Universitas Maryland, menunjukkan bahwa kehilangan tutupan pohon di Indonesia tetap tinggi antara tahun 2001 dan 2015. Angka kehilangan tutupan pohon ini bahkan belum mempertimbangkan secara keseluruhan data kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di penghujung tahun 2015.

Kehilangan tutupan hutan di Indonesia meningkat tajam di tahun 2012, yakni seluas 928.000 hektar (2,3 juta acre). Angka ini kemudian turun secara signifikan pada 2013 dan kemudian meningkat kembali pada 2014 dan 2015, yakni masing-masing seluas 796.500 hektar (2 juta acre) dan 735.000 hektar (2,8 juta acre).


www.bocahudik.com


Dana Lingkungan Hidup, World Wildlife Fund, memprediksi Kalimantan akan kehilangan 75 persen luas wilayah hutannya pada 2020 menyusul tingginya laju deforestasi. Dari sekitar 74 juta hektar hutan yang dimiliki Kalimantan, hanya 71% yang tersisa pada 2005. Sementara jumlahnya pada 2015 menyusut menjadi 55%. Jika laju penebangan hutan tidak berubah, Kalimantan diyakini akan kehilangan 6 juta hektar hutan hingga 2020, artinya hanya kurang dari sepertiga luas hutan yang tersisa.

Sungguh miris sekali melihat kondisi hutan yang digunduli dan ditanami tanaman kelapa sawit. Padahal seperti yang kita tahu bawa kelapa sawit banyak menyisakan kerusakan pada tanah. Sekitar 45% kelapa sawit diimpor oleh Eropa untuk memproduksi biodiesel. Pengguna minyak sawit untuk biodiesel meningkat enam kali lipat antara tahun 2010-2014.

Jumlah minyak sawit yang diimpor Eropa dari Indonesia tahun 2012 saja membutuhkan lahan produksi seluas 7.000 kilometer persegi. Bayangkan, kawasan seluas itu bisa dijadikan habitat untuk sekitar 5.000 orangutan.

Ambisi Eropa mengurangi jejak karbonnya menjadi petaka untuk hutan Indonesia. Demi membuat bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan, benua biru itu mengimpor minyak sawit di Indonesia dalam jumlah besar.

Acara live meeting on Zoom dari Hutan Itu Indonesia X Blogger Perempuan Network (BPN) ditutup dengan pengumuman pemenang lomba blog Adopsi Hutan. Selain itu diumumkan juga pemenang dari games menarik di awal pembukaan acara dan pertanyaan terbaik. Dan Alhamdulillah saya masuk ke pertanyaan terbaik.

Live meeting on Zoom tersebut diharapkan bisa menginspirasi dan memberikan manfaat untuk semua masyarakat. Saling menjaga dan melestarikan hutan agar alam yang dititipkan oleh anak cucu kita bisa terjaga keindahannya. Ayo bantu kurangi kerusakan hutan!


www.bocahudik.com

Older Posts Home

Sekilas Bocah Udik


Bocah Udik atau Muhammad Alfi Syahri Al Rasyid merupakan seorang blogger yang berasal dari kota Medan dan bangga pernah menjadi bagian dari jurnalis MNC Media.

Selalu menyuarakan #SpreadLoveNotHate #StayAwayFromNegativePeople.

Kepoin Bocah Udik

Bocah Udik

Member Of

Designed By Bocah Udik | Distributed By Bocahudik