Travel Blogger Medan: Tangkahan Langkat Buat Liburan Jadi Berkesan

Tangkahan The Hidden Paradise In Sumatera


Tangkahan atau yang terkenal dengan The Hidden Paradise in Sumatera merupakan salah satu tempat wisata yang aku impikan. Pertama kali mendengar tempat wisata tersebut, aku masih berada di bangku kuliah. Saat itu, temanku bercerita tentang Tangkahan. Menurutnya, Tangkahan sangat indah dan masih banyak orang yang belum tau tentang tempat wisata The Hidden Paradise in Sumatera itu.

Aku pun jadi penasaran hingga sering membayangkan keindahan dari Tangkahan. Seluruh cerita dari temanku, terus menari-nari dalam pikiran. Aku yang lahir dan besar di kota Medan, benar-benar tidak tau tentang Tangkahan. Kasihan sekali dengan diriku yang malang ini.


Tangkahan atau The Hidden Paradise in Sumatera berada di Desa Namu Sialang, Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Tempat wisata itu berada di tengah hutan tropis. Tangkahan juga berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser.


Sembilan tahun sudah berlalu. Rasa penasaran itu masih terus menghantui. Namun tetiba, dewi fortuna menghampiriku. Akhirnya aku bisa mengunjungi Tangkahan atau The Hidden Paradise in Sumatera yang menurut temanku, nama tersebut diberikan orang asing karena letaknya yang memang tersembunyi.

"Bang, besok kerja?," kata Hardi, seorang blogger asal Medan.

Dia mengajakku untuk liburan di akhir pekan. Hardi memberikan pilihan tempat wisata yang harus dikunjungi, antara Tangkahan atau Bukit Lawang. Aku yang mendengar kata Tangkahan, sontak memilih tempat wisata tersebut.


Indahnya Tangkahan Langkat


Lantas kami membuat kesepakatan seperti waktu dan tempat untuk kami bertemu. Pasalnya rumah Hardi berada di Diski, sedangkan aku di Martubung. Meski sama-sama berada di kota Medan, namun letak kedua daerah tersebut terbilang cukup jauh. Dan kami pun berencana untuk ketemu di salah satu SPBU yang tedapat gerai makanan cepat saji yang ada di Jl Medan Binjai sekitar pukul 06.00 wib.

"Di depan KFC Pom Bensin, ya Bang." kata Hardi keesokan harinya.

Pagi itu, aku mengendarai sepeda motor bersama Hardi. Kami harus menempuh jarak sekitar 91 kilometer atau sekitar tiga jam dari kota Medan. Jalan yang kami lalui merupakan jalan lintas Sumatera. Jadi, harus hati-hati karena banyak kendaraan yang lalu-lalang.

"Aku isi bensin dulu ya," kata ku.

Setelah isi bensin, kami langsung menyusuri jalanan Medan Binjai. Hardi menyarankan ku untuk pilih Jl Megawati agar lebih cepat tanpa melewati Binjai. Karena dia sudah berpengalaman ke Tangkahan, aku manut saja tanpa komentar.

Singkatnya, memasuki kawasan Sawit Seberang Langkat, aku mulai mencium udara embun pagi yang selama ini tidak pernah aku rasakan. Sangat sejuk hingga menusuk rongga hidung. Di jalan itu, kendaraan mulai sepi. Malahan di sepanjang jalan, banyak sapi yang menguasai jalanan.


Beberapa Gajah Di Tangkahan Langkat


Saat berada di sebuah pasar, Hardi menyarankan agar kami sarapan terlebih dahulu. Waktu itu, kami sarapan lontong dan nasi lemak. Rasanya lumayan enak. Harganya juga sangat murah dan tidak buat kantong koyak.

"Hati-hati ya nak. Setiap belokan, di klarkson," kata ibu penjual lontong.

Puas dengan sarapan, kami melanjutkan perjalanan agar sampai di Tangkahan. Aku tidak tau maksud dari ucapan si ibu tadi. Awalnya, aku berpikir yang aneh-aneh. Tapi mungkin itu hanya nasihat seorang ibu ke anaknya jika melewati persimpangan, harus berhati-hati.

BACA JUGA: Murahnya Penginapan Mega Inn Tangkahan

Setelah hampir 10 menit dari pasar tersebut, kami berhadapan dengan simpang pertigaan jalan. Keraguan pun mulai timbul atara pilih kiri atau kanan. Tapi kami langsung bertanya ke penduduk sekitar.

"Kiri atau kanan bisa. Tapi lebih baik kanan karena tidak banyak belokan," ucap seorang warga.

Kemudian kami langsung melaju dengan kencang. Aku yang dari dulu penasaran dengan keindahan Tangkahan, tidak mau menyia-nyiakan waktu. Tapi lagi dan lagi, kami bingung pilih jalan yang mana untuk mencapai Tangkahan kalau bertemu persimpangan. Akhirnya aku bertanya ke warga yang ada di sebuah gubuk atau warung.

"Ikuti aja tiang listrik yang besar ini dik. Nanti kalian pasti sampai ke Tangkahan. Tapi hati-hati ya," kata bapak itu.

Kata hati-hati sudah dilontarkan oleh dua orang warga. Aku benar-benar tidak tau maksudnya. Tapi pikiran mulai cemas. Semoga tidak ada apa-apa di perjalanan kami.

-----------------------------------------------------

JALAN MENUJU TANGKAHAN


Jalan Rusak Menuju Tangkahan Langkat


Ternyata, infrastruktur menuju Tangkahan sangat hancur. Jalanannya sangat jelek, banyak batu, dan kalau hujan akan banjir atau becek serta tidak ada ojek. Kita akan melewatinya sepanjang 12 kilometer. Jalan yang kami pilih, tidak ada perumahan warga karena itu memang jalan kebun sawit.

Namun hal yang sama juga ada di jalanan perumahan warga. Sama-sama hancur dan jelek. Perutku sangat sakit ketika melewati jalanan menuju Tangkahan. Aku yakin kalau orang hamil melewati jalan itu, akan melahirkan atau mungkin mengalami keguguran.

Tidak habis pikir dengan pemerintah Kabupaten Langkat atau Provinsi Sumatera Utara. Kenapa infrastruktur menuju kawasan wisata, tidak diperbaiki. Padahal potensi Pendapatan Asli Daerah PAD-nya sangat besar. Terlebih tempat wisata itu sudah dikenal di Dunia.

Atau mungkin itu kesengajaan dari pemerintah Kabupaten Langkat atau Provinsi Sumatera Utara. Tangakahan disebut The Hidden Paradise in Sumatera. Jadi agar tidak banyak yang tau, infrastruktur dibiarkan rusak. Who knows!.

Untuk pemerintah pusat, pariwisata merupakan sektor ekonomi yang paling penting di Indonesia. Kontribusinya pada Produk Domestik Bruto memicu lebih banyak pendapatan devisa negara. Tahun ini berkontribusi empat persen dari total perekonomian, dan akan ditingkatkan dua kali lipat pada tahun depan. Namun kalau infrastruktur tidak dibenahi, rasanya mustahil perekonomiannya akan meningkat.


Jalan Yang Penuh Batu Menuju Tangkahan Langkat

-----------------------------------------------------


Sampai di persimpangan, kami disambut dengan tulisan Welcome to Tangkahan. Nah, dari sini masih ada jarak sekitar 1,2 kilometer lagi yang harus dilalui dengan infrastruktur yang rusak. Setelah memasuki gerbang, kita akan dikenakan biaya masuk Rp 3 ribu per orang dan Rp 5 ribu untuk sepeda motor. Kemarin, kami hanya dikenakan biaya Rp 10 ribu saja karena masih pagi.

Destinasi awal, kami langsung menuju Penangkaran Gajah Conservation Respons Unit (CRU). Pasalnya kita bisa lihat gajah sekitar pukul 10.00 wib dan 15.00 wib. Saat itu, aku beruntung bisa photo dan memegang gajah. Kalau mau menunggangi gajah, akan dikenakan biaya Rp 35 ribu untuk wisatawan nusantara. Sedangkan memandikan gajah harus membayar Rp 250 ribu untuk wisatawan mancanegara dan Rp 100 ribu untuk wisatawan nusantara. Dan kalau mau menjelajahi hutan bersama gajah akan dikenakan biaya Rp 860 ribu untuk wisatawan nusantara dan Rp 1 juta untuk wisatawan mancanegara. Untuk menjelajahi Tangkahan Langkat, bisa menghubungi Guide di Tangkahan Langkat yang bernama Doman (+6285381268205).


Papan Welcome To Tangkahan Di Persimpangan


Aku tidak menunggangi gajah bukan karena tidak mampu bayar Rp 35 ribu. Tapi alasan sebenarnya, aku tidak mau menyiksa gajah di sana. Struktur punggung gajah memiliki tonjolan tulang-tulang tajam dan dilapisi jaringan kulit yang tipis. Saat dinaiki atau diberi dudukan untuk manusia tunggangi, akan menyakiti gajah. Bisa-bisa, si gajah akan mengalami cedera. Jadi, stop menunggangi atau menaiki gajah.

"Kita ke penginapan Mega Inn ya bg," kata Hardi.

Hari itu kami memutuskan untuk menginap. Kami berniat menjelajahi tempat wisata Tangkahan. Namun tidak dengan trekking karena tidak cukup waktu. Setelah berhasil melihat gajah, kami berencana mandi di air panas dan air terjun di Tangkahan.

Setelah makan siang, lantas kami menuju ke tempat pemandian yang berasal dari aliran pegunungan. Ternyata di lokasi pemandian ini, wisatawannya sangat sedikit. Airnya juga sangat bersih dan jernih. Cocok sekali buat yang mau liburan di tempat pemandian.


Bocah Udik Di Pemandian Air Panas Belerang


"Itu tempat air panasnya bang," ucap Hardi.

Pemandian air panas di Tangkahan ini, letaknya tersembunyi. Berada di pinggir bebatuan dan seperti lubang goa. Kita harus antri kalau banyak wisatawan tapi sepertinya tidak akan pernah terjadi. Dan begitu dihampiri, bau belerang sangat terasa.

Puas ke pemandian air panas, kami menuju air terjun di Tangkahan. Tapi ternyata, air terjunnya sudah tidak mengalir lagi. Lantas kami menyusuri aliran air dari pegunungan tersebut. Semakin jalan dan berenang melawan arus aliran air, semakin indah sekali.

Aku menyibukkan diri dengan mengabadikan momen berharga tersebut. Tapi ternyata Hardi sudah berada jauh di depan ku. Dia memanggilku namun aku masih mengambil beberapa photo dan video tempat wisata Tangkahan. Saat aku mau menghampiri Hardi, dia sudah kembali dari atas.


Bocah Udik Di Depan Air Terjun Tangkahan


"Bang, ternyata disana lebih keren. Ada air terjunnya," kata Hardi.

Hardi mengatakan kalau tempat itu sering dikunjungi oleh Nicholas Saputra. Dan dia menyarankan agar kami kembali lagi ke air terjun itu esok hari. Kami harus ke penginapan karena waktu sudah hampir malam.

Sebenarnya, selain air terjun yang dikatakan oleh Hardi, juga ada air terjun yang letaknya tidak jauh dari penginapan kami. Namun airnya tidak terlalu deras kalau hari tidak hujan. Posisi air terjun ini berada di persimpangan dua aliran air di Tangkahan. Pengunjung hanya ikuti aliran air yang bukan untuk pemandian gajah. Kalau tidak paham, bisa bertanya ke orang sekitar atau jasa penyewaan tenda.


Air Terjun di Tangkahan Langkat



Esok harinya, kami langsung ke air terjun tersebut setelah sarapan. Berbekal kamera handphone yang dilapisi oleh plastik, kami bergulat dengan dinginnya air di pagi hari. Rasa semangat kami sangat berapi-api karena keindahan air terjun tersebut. Mungkin itu yang disebut The Hidden Paradise in Sumatera.

Pagi itu, bebatuan juga sangat licin. Kami menyusuri perairannya dari pinggir kiri ke kanan. Kadang kami juga harus berenang melawan arus. Sangat butuh perjuangan untuk ke air terjun Tangkahan.

"Itu bang. Bagus kan?," ucap Hardi.

How beautiful it is! Menakjubkan sekali. Pemandangan yang sangat luar biasa. Rasa sedih yang tertahan, terobati dengan keindahan Tangkahan. Suasananya juga sangat sepi karena tidak ada satu pun wisatawan yang kesana saat itu. Kami pun bertahan disana hingga berjam-jam lamanya. Puas bermain air di Tangkahan Langkat, kami kembali ke penginapan untuk makan siang.

Di Tangkahan, sangat cocok untuk liburan. Alasannya karena sulit signal dan jauh dari keramaian kota. Suasananya sangat tenang. Kalau bocah udik sudah merasakan indahnya Tangkahan, selanjutnya giliran kalian!






Bocah Udik Dan Hardi Di Tangkahan Langkat


Hardi Di Pemandian Air Panas Tangkahan


Bocah Udik Bersama Gajah Di Tangkahan


Bocah Udik Di Tangkahan Langkat

4 comments

  1. Cakep yaa.. Jadi makin pengen ke Tangkahan

    ReplyDelete
  2. Kan ini yg pengen aq mandikan hahahaha wweeee,,, tapi Kalo Naik motor 3 jam pinggang kk copot dek

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang copot itu yang nyetir kak... Kalau dibonceng mah tenang tenang aja.... Cuss kesana

      Delete