Peran Penting Lahan Gambut Bagi Kehidupan Bumi


Entah kebetulan atau tidak, jaringan internet tiba-tiba hilang saat Ola Abas buka-bukaan soal pemilik perusahaan yang menguasai lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Zoom meeting #EcoBloggerSquad bersama Pantau Gambut itu pun seketika terhenti sejenak.

"Kalau ngomongin perusahaan, tiba-tiba macet deh. Mungkin internetnya batuk. Kalau mau kepoin (perusahaan), bisa lihat di situs Pantau Gambut. Siapa tahu kenal owner-nya," ujar Ola, sapaan akrab Koordinator Nasional Pantau Gambut itu.

Ketika jaringan internet mulai normal, Ola pun kembali antusias memaparkan peran penting lahan gambut. Para anggota Eco Blogger Squad juga semangat untuk mendengar pembahasan di siang itu.

Ironi ketika menyuarakan kebaikan, justru kemerdekaan untuk bersuara belum terlalu bebas. Masih ada intimidasi atau tekanan.

"Apakah Indonesia sudah merdeka terkait kebakaran lahan gambut?," sambung Ola.

Dijelaskan Ola, lahan gambut terbentuk dari timbunan material organik seperti sisa pohon, dedaunan, dan rerumputan yang tidak terdekomposisi dengan sempurna dan menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan tebal.

Lahan gambut memiliki sifat seperti spons yang dapat menyerap dan menyimpan air dalam jumlah banyak hingga tetap basah sepanjang tahun.

Umumnya, kata Ola, lahan gambut bisa ditemukan di lapisan tanah berair seperti rawa, cekungan antara sungai, atau daerah pesisir.

Menurut data yang dia miliki, Indonesia memiliki luas lahan gambut sekitar 14,9 juta hektar. Dari jumlah itu, seluas 5,8 juta hektar telah berubah fungsi menjadi area perkebunan kelapa sawit, hutan industri, sawah, pemukiman, dan area komersil lainnya.

Ola pun menyayangkan, seiring berjalannya waktu lahan gambut terus terdegradasi akibat pengalihan fungsi hutan. Misalnya saja, penebangan skala besar untuk mengosongkan lahan dan pembuatan kanal untuk mengeringkan lahan pakai alat berat.

Akibatnya, permukaan lahan turun dan fungsi lahan gambut sebagai spons penyerap air jadi hilang. Tak tanggung-tanggung, kini sekitar 9,1 juta hektar lahan telah terdegradasi.

"Lahan gambut jadi mudah terbakar lantaran kering. Nantinya susah dipadamkan dan butuh waktu yang lama untuk pulih kembali fungsi alaminya," ungkap Ola.

Ola melanjutkan, masyarakat harus melindungi dan melestarikan lahan gambut agar tetap terjaga fungsi alaminya. Pasalnya, banyak pembabatan atas nama pembangunan, namun kenyataannya lahan atau hutan lindung digunakan untuk keperluan industri, seperti perkebunan kelapa sawit.

"Alih fungsi lahan gambut dibuka, dikeringkan, dan dibakar yang kemudian bisa menjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dan emisi karbon terlepas sehingga mengakibatkan global warming," terang Ola.

Lahan Gambut Mudah Terbakar

Salah satu masalah yang dialami hutan di Indonesia adalah kebakaran lahan gambut. Indonesia memiliki banyak lahan gambut sehingga mudah mengalami kebakaran, terutama pada musim kemarau.

Kebakaran lahan gambut sering terjadi di Indonesia dan menjadi bencana yang berskala luas. Penyebab kebakaran lahan gambut bisa dipicu oleh faktor alam dan faktor manusia. Salah satu fenomena yang memicu kebakaran lahan gambut di Indonesia adalah El Nino.

Lahan gambut mengandung bahan bakar berupa sisa tumbuhan sampai di bawah permukaan tanah. Sehingga jika terjadi kebakaran, api akan menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat.

Ini membuat kebakaran sulit dideteksi secara dini dan baru terdeteksi setelah terjadi kebakaran yang luas diikuti dengan asap yang tebal. Kebakaran lahan gambut menjadi masalah karena sulit dipadamkan dan bisa berlangsung selama berhari-hari.

Sebab, kondisi tipe kebakaran pada lahan gambut adalah tipe ground fire atau kebakaran bawah yang meluas di bawah permukaan secara horizontal. Oleh karena itu pemadamannya pun perlu didukung dengan pemadaman melalui udara atau water bombing agar api bisa cepat padam.

"Ketika lahan gambut kering, maka bisa jadi pemicu kebakaran. Lahan gambut memiliki sifat yang berongga dan berpori-pori sehingga jika terkena api, maka bisa masuk ke rongga itu dan menyebar kemana mana di bawah tanah dan tidak terdeteksi arah apinya. Api itu bisa bertahan lama dan menjalar," jelas Ola.

Nantinya, menurut Ola, untuk mengeringkan satu hektar lahan gambut bisa mengeluarkan 55 metrik ton CO2 setiap tahun atau setara dengan membakar lebih dari 6 ribu galon bensin secara bersamaan.

Dampak Karhutla


Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia selama beberapa dekade telah jadi suatu rutinitas krisis lingkungan tahunan. Merunut sejarah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dari catatan Badan Restorasi Gambut (BRG), kebakaran hutan hebat terjadi saat kemarau panjang pada tahun 1997.

Diperkirakan, 2,7 gigaton karbon terlepas ke atmosfer. Jumlah karbon akibat kebakaran hutan yang mencemari udara itu setara dengan karbon dioksida yang dihasilkan oleh 2.488 pembangkit listrik berbahan bakar batu bara selama setahun.

Hampir dua puluh tahun kemudian, El Nino datang dan Indonesia dilanda kemarau panjang. Api mengamuk menandaskan hutan dan lahan perkebunan.

Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan pada tahun 2015 menjadi yang terburuk setelah 1997. Sekitar 2,6 juta hektare hutan dan lahan terbakar antara bulan Juni sampai Oktober.

Lahan gambut yang menyimpan banyak karbon terbakar, membuat jutaan orang di Asia Tenggara terpapar kabut beracun yang setara dengan tiga kali lipat emisi gas rumah kaca tahunan di Indonesia.

"Banyak warga yang meninggal di Papua lantaran kebutuhan pangan terhenti akibat kabut asap. Jumlah emisi yang keluar hingga 2,7 gigaton setara CO2 yang asapnya sampai ke negara tetangga," kata Ola.

Lanjut Ola, racun gas metana bisa buat bahaya balita, batuk, ISPA, dan lainnya. Selain itu, 5 juta siswa tak bisa belajar karena tutup sekolah akibat kabut asap.

"Untungnya saat itu ada hujan besar dan bisa memadamkan lahan gambut yang terbakar," katanya.

Jika membahas lahan gambut, menurut Ola, ada kaitannya dengan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). KHG merupakan suatu ekosistem gambut yang letaknya di antara dua sumber air baik sungai, laut, atau rawa.

Penamaan KHG biasanya disesuaikan dengan sumber air yang mengapitnya. Singakatnya, lahan gambut bisa terbagi menjadi beberapa wilayah hidrologis yang terpisah oleh batas air tersebut.

Dalam satu ekosistem KHG, banyak keanekaragaman hayati yang bersifat endemik yang hanya bisa ditemukan di lahan gambut. Contohnya purun, jelutong, dan ramin.

Tanaman tersebut dikenal dengan nama paludikultur, yaitu tanaman yang bisa tumbuh di atas lahan gambut. Tanaman itu juga tidak memerlukan drainase atau pengeringan.

Sementara untuk fauna gambut terdapat bekantan, orangutan, langur, harimau Sumatera, beruang madu atau buaya sinyulong. Selain itu ada ikan gabus, baung, dan ikan terkecil di dunia yakni paedocypris progenetica yang panjangnya sekitar 9 milimeter.

"Ada pemukiman masyarakat adat juga yang memanfaatkan sumber daya alam KHG itu," paparnya.

Ola menjelaskan, untuk mengukur lahan gambut yang sehat, bisa dilihat dari beredarnya keanekaragaman hayati di atas lahan gambut tersebut. Pasalnya, KHG merupakan satu kesatuan integral yang berada satu kawasan hidrologis, maka perlu diperhatikan bahwa wilayah gambut terbasahi tidak hanya satu titik saja, melainkan keseluruhan.

Selain itu, provinsi dengan kerentanan kebakaran lahan gambut tertinggi pada KHG 2023 ada di Kalimantan Timur seluas 1,23 juta hektar, Papua Selatan 547 ribu hektar, Kalimantan Barat 408 ribu hektar, Riau 402 ribu hektar dan lainnya.

"48 persen area KHG di Indonesia dipengaruhi oleh pengelolaan konsesi industri ekstraktif yakni perkebunan sawit, industri kehutanan seperti industri kertas," katanya.

Sementara itu, ada 5.030 titik panas selama Januari hingga Mei 2023 yang terdeteksi, namun bukan berarti kebakaran melainkan hotspot yang terdeteksi satelit. Namun demikian, ada dugaan karhutla di area KHG di 29 lokasi dan ada kaitannya dengan kemarau atau El Nino.

Peran Penting Lahan Gambut

Peran Penting Lahan Gambut www.bocahudik.com

Lahan gambut memiliki peranan yang sangat penting bagi stabilnya iklim dan kelangsungan hidup di bumi, terutama terkait dengan perubahan iklim. Itu sebabnya, lahan gambut sangat penting bagi Indonesia dan mendapat perhatian istimewa terkait pengelolaan lingkungan.

Pasalnya, lahan gambut bisa mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau lantaran daya serap lahan gambut sangat tinggi. Selain itu mampu menahan air 2 hingga 6 kali lipat dari berat keringnya.

Lahan gambut juga menyimpan sepertiga cadangan karbon dunia. Diperkirakan lahan gambut di Indonesia mengandung 22,5-43,5 gigaton karbon yang setara dengan emisi 17-33 miliar mobil dalam 1 tahun.

Perubahan fungsi lahan gambut biasanya disebabkan oleh pembangunan industri perkebunan kelapa sawit dan kasus illegal logging. Padahal pemanfaatan lahan gambut memiliki peranan penting bagi pengelolaan lingkungan di Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan Peraturan Presiden No 1 Tahun 2016 dengan berdirinya Badan Restorasi Gambut dan berbagai peraturan yang terdapat dalam Kementerian Pertanian serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan tidak terlepas apakah aturan-aturan tersebut saling berbenturan, tumpang tindih atau justru saling meniadakan.

Bencana alam di Indonesia biasanya disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca yang ekstrim. Dengan melindungi gambut, sama dengan memperlambat laju perubahan iklim.

Solusi yang dapat dijalankan berupa restorasi gambut yang terdiri dari tahapan upaya pemulihan ekosistem gambut yang terdegradasi agar kondisi hidrologis, struktur, dan fungsinya kembali pulih. Restorasi ini dilakukan dengan metode pembasahan lahan, penanaman kembali, revitalisasi ekonomi bagi masyarakat sekitar KHG.

Nantinya, lahan gambut bisa menunjang perekonomian masyarakat lokal karena menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat sekitar. Selain itu, habitat flora dan fauna yang langka juga terjaga dengan baik.

Apakah Indonesia Merdeka dari Karhutla?


Indonesia telah memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-78 Tahun. Namun saat ini masih banyak karhutla di berbagai daerah.

Sebut saja contohnya di tahun 1997 dan 2015 kemarin. Artinya, Indonesia masih belum sepenuhnya merdeka dari karhutla.

Bahkan di beberapa lahan seolah-olah sengaja dibabat demi alih fungsi lahan. Untuk itu, mari #BersamaBergerakBerdaya menyelamatkan bumi dari karhutla.

Caranya dengan menjaga lahan gambut dan hutan. Ya, Indonesia harus Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan.

No comments