Bersama Kita Melindungi Orang Terdekat dari Kejahatan Siber


Suatu sore di Gang Doli, telepon genggamku berbunyi. Nadanya terdengar berulang-ulang. Aku yang masih sibuk dengan pekerjaan, sejenak menghiraukan panggilan tersebut.

Bunyinya terus berulang. Pesan SMS juga masuk. Ada rasa penasaran untuk mencari tahu siapa yang meneleponku hingga akhirnya aku angkat.

Suara wanita itu terbata-bata. Sesekali terdengar isak tangis dari ujung sana. Seakan-akan ada berita buruk yang diterimanya. Sejurus kemudian, ia menanyakan kabar putranya yang berada di perantauan.

Emak langsung nyerocos saat mendengar suara anaknya. Seakan tak percaya kalau anaknya dalam keadaan sehat. Ocehan emak membuatku semakin curiga. Setelah situasi tenang, akhirnya terbongkar.


"Tadi ada yang telepon dan minta uang. Katanya, kamu ditangkap polisi karena nabrak orang," ujar emak dari ujung telepon.


"Aku ndak apa-apa, mbok. Pasti si mbok ditipu sama orang lain," kataku menimpali.

Tahu menjadi korban penipuan, emak pun langsung menangis kencang dan aku jadi lemas. Aku tanya berapa uang yang emak kirim ke penipu tersebut. Ternyata ia berhasil menggondol uang Rp10 juta dari tabungan emak.

"Sial," batinku.

Jaman sekarang, banyak penipu yang memanfaatkan situasi. Mulai dari SMS kemalangan hingga menang undian dari perbankan. Orang tua menjadi sasaran empuk para penipu tersebut.

Waspadai Modus Soceng. www.bocahudik.com

Supaya mencegah agar emak tidak menjadi korban penipuan lagi, akhirnya aku meninggalkan Batam untuk kembali ke Medan. Tujuan utamanya untuk memberi edukasi pada emak agar selalu tetap waspada jika ada SMS atau nomor tak dikenal yang menghubunginya lagi.

"Pengalaman adalah guru yang terbaik. Namun terkadang, pengalaman buruk meninggalkan trauma."


Setelah kembali dan tinggal di Medan selama 2 tahun, akhirnya aku pun harus meninggalkan kota kelahiranku lagi. Berat rasanya pergi meninggalkan rumah untuk kedua kalinya. Terlebih meninggalkan emak sendirian di usia yang sudah lansia.

Bertahun-tahun merantau ke Pulau Batam, lalu kembali ke Medan, namun pada akhir tahun 2020 kembali lagi meninggalkan rumah untuk mencari rezeki. Terkadang hidup tak memberi banyak pilihan. Tapi saya tidak boleh pasrah dan menyerah.


Ada rasa cemas saat meninggalkan emak di Medan sendirian, setelah kejadian penipuan melalui telepon saat itu.

"Jika ingin dibebaskan maka ibu harus mengirimkan sejumlah uang," ucap emak menirukan gaya penipu itu bicara.

Kalimat yang dilontarkan penipu pada emak itu, masih terus terngiang di telingaku. Peristiwa buruk itu selalu menghantui dan menjadi penyesalan terberat dalam hidupku.

Seorang penipu yang mengaku polisi dan mengatakan saya sedang mengalami masalah hukum di Batam. Itulah salah satu alasan saya kembali ke kota kelahiran, Medan.

Tapi pandemi mengubah segalanya. Saya harus merantau demi masa depan. Kini, saya harus pergi ke sebuah kota kecil di Kepulauan Anambas, yakni Tarempa. Kota yang akan menjadi tempat berikutnya untuk mengadu nasib menjadi seorang jurnalis televisi.

Lansia & Kejahatan Siber

Apa yang dialami emak saya, bukanlah modus kejahatan baru. Sasaran paling empuk adalah lansia karena dengan bertambahnya usia, kemampuan logika dan kesehatan mereka menurun. Minimnya informasi dan tinggal sendiri membuat penipu mudah memanipulasi secara psikologis.

Apalagi jika sudah menyangkut orang terdekat, anak, atau cucu di perantauan yang katanya terkena musibah. Logikanya langsung turun. Tidak mudah memberikan pengertian dan informasi tentang modus penipuan baru. Tak tepat caranya, kita sebagai anak yang akan dimarahi.

"Tahu apa kamu soal penipuan? Mbok lebih lama hidup. Jangan anggap bodoh," ujarnya saat menganggap kita sebagai anak kecil yang tak paham.

Duh kalau sudah begini aku memilih diam. Terkadang mereka tak sadar jika data pribadi dicuri melalui phising, link yang ditebar di WhatsApp grup, atau bahkan SMS. Jika data perbankan sudah dibobol, nantinya akan banyak jenis modus penipuan seperti petugas bank yang meminta password Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan lainnya.

Hal yang tak kalah penting mengedukasi orang terdekat dengan lansia adalah asisten rumah tangga atau orang yang tinggal serumah dengan lansia. Jika orang tua berkelakuan aneh seperti panik, tiba-tiba minta diantar ke ATM, atau melakukan transaksi keuangan, harap diwaspadai.

Transaksi dengan BRI

Sejak kejadian penipuan, emak memutuskan agar semua transaksi perbankan rutin dipegang oleh saya. Emak masih memiliki tabungan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) tapi tanpa ATM atau akun online.

Jika membutuhkan sesuatu, saya yang akan melakukan pembayaran seperti listrik, air, pulsa, dan internet. Sedangkan untuk belanja harian, emak menggunakan e-money BRIZZI.

Dengan pelayanan internet online yang semakin canggih, saya mudah melakukan transaksi perbankan. Mulai dari bayar aneka tagihan, cicilan, transfer uang belanja emak ke BRIZZI, bayar PBB sampai inevstasi DPLK dan deposito ada di satu genggaman. Meski memiliki BRI Mobile Online (BRImo), ada beberapa transaksi yang harus dilakukan di bank seperti pengambilan tunai, setor tunai, atau pengajuan kredit lainnya.


Transaksi Perbankan di Perbatasan Nusantara

Hal yang saya khawatirkan ketika bertugas di Kepulauan Anambas adalah bagaimana melakukan transaksi perbankan, karena semua transaksi emak di kampung bergantung kepada saya. Bagaimana jika beliau membutuhkan sesuatu secara tiba-tiba.

Kondisi geografis Kepulauan Anambas yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil menjadi tantangan tersendiri untuk akses layanan dan infrastruktur. Salah satu kendalanya adalah soal akses perbankan.

Warga di pulau terluar Indonesia harus rela menyeberang pulau dan keluar ongkos ratusan ribu hanya untuk menabung. Para nelayan yang mendominasi di Kepulauan Anambas harus pergi ke kota yang biasanya membutuhkan modal lebih banyak untuk ongkos transportasi.

Biasanya, mereka harus mengeluarkan uang paling sedikit Rp500 ribu untuk (ongkos pulang-pergi) naik pompong (perahu). Padahal hanya mau nabung atau bayar angsuran setiap bulan di Tarempa.

Jika cuaca di laut sedang dalam kondisi buruk dan tidak bisa langsung kembali balik ke desa, para nelayan harus mencari penginapan. Dan itu semua butuh biaya tambahan lagi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya ongkos lebih besar dari uang yang akan ditabung.

Sulitnya mendapatkan akses perbankan dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan menjadi kendala utama yang dihadapi. Namun, kini sebagian besar masyarakat tersebut sudah bisa tersenyum, karena tidak lagi menghadapi kenyataan pahit.

BRI melalui Teras BRI Kapal menghadirkan layanan perbankan dari pulau ke pulau untuk membantu masyarakat. Melalui Teras BRI Kapal ini, BRI membuka akses perbankan bagi masyarakat Kepulauan Anambas dengan menyambangi setiap pulau yang dihuni penduduk.

Ada banyak kejahatan siber yang tidak disadari oleh warga yang tinggal di Perbatasan Nusantara. Pernah suatu ketika, ada kejadian sejumlah nasabah BRI menjadi korban penipuan dengan kerugian mencapai Rp800 juta.

Komplotan penipu itu melancarkan aksinya dengan memanfatkan teknologi informasi. Pelaku berhasil menipu korbannya dengan menyamar sebagai petugas customer servis Bank BRI. Kasus ini berhasil diungkap oleh pihak kepolisian.

Minimnya informasi menyebabkan penipuan terhadap warga di perbatasan. Beruntung ada Teras BRI Kapal yang selalu sosialisasi kejahatan siber kepada para nelayan dan warga pesisir di Kepulauan Anambas.

Karena menggunakan kapal, tak jarang penduduk di sana menyebutnya sebagai bank terapung atau bank apung. Teras BRI Kapal ini sudah beroperasi selama 2 tahun dan telah menjangkau 6 wilayah seperti di Pulau Bayat, Pulau Lingai, Pulau Telaga Besar, Pulau Keramut, Letung, hingga Tarempa.

Layanan Teras BRI Kapal ramai didatangi nasabah yang ada di pulau-pulau. Layanan bank terapung ini bisa melayani hingga 100 transaksi per harinya, dengan nilai mencapai Rp600 juta.


Adapun jumlah tersebut mencakup transaksi simpanan, pinjaman, setor, tarik, dan transfer, namun 95% di antaranya yaitu transaksi simpanan. Sedangkan untuk penyaluran KUR Mikro di Kabupaten Anambas sampai dengan bulan Juli 2022 sebesar Rp66 miliar jumlah nasabah 2.265 orang.

Teras BRI Kapal turut melayani pembukaan tabungan serta penyaluran kredit kepada nasabah dengan usaha nelayan, perdagangan, maupun perkebunan. Berdasarkan data per 31 Juli 2022 jumlah masyarakat yang dilayani oleh Teras BRI Kapal sebanyak 272 nasabah pinjaman dan 5.923 nasabah tabungan dari keenam pulau. Dengan nasabah terbanyak berada di Pulau Bayat.

BRI Apung di Kepulauan Anambas
 

Beruntung, di Kepulauan Anambas terdapat layanan BRI Apung yang memudahkan saya untuk bertransaksi secara offline. Wah meski berada di daerah terpencil, ternyata pelayanan perbankan BRI di Kepulauan Anambas sangat mumpuni.

Sistem Keamanan Berlapis BRI

Keamanan adalah sistem yang paling fundamental dalam sistem perbankan saat ini. Oleh karena itu, BRI berkomitmen melakukan yang terbaik demi keamanan data transaksi nasabahnya.

Untuk aspek technology, BRI melakukan pengembangan teknologi keamanan informasi sesuai dengan framework NIST (Identify, Protect, Detect, Recover, Respond) dengan tujuan untuk meminimalisir risiko kebocoran data nasabah dengan mencegah, mendeteksi dan memonitor serangan cyber.

Selain itu, untuk memastikan proses pengamanan informasi sudah berjalan dengan standar, BRI melakukan beberapa sertifikasi seperti ISO27001:2013 (Big Data Analytics), ISO27001:2013 (Spacecraft Operation), ISO27001:2013 (OPEN API), ISO27001:2013 CIA (Cyber Intellegence Analysis Center Operation), ISO27001:2013 (Card Production), ISO27001:2013 (Data Center Facility), ISO20000-1:2018 (BRINet Express), PCI/PA DSS API (Direct Debit).

Sedangkan untuk aspek process, BRI sudah memiliki tata kelola pengamanan informasi yang mengacu kepada NIST cyber security framework, standar internasional, PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard) dan kebijakan regulator POJK No.38/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.

Kemudian untuk Incident Management terkait Data Privacy, dilaksanakan oleh unit kerja Information Security Desk dalam naungan Cyber Security Incident Response Team (CSIRT).

Dan untuk aspek People, BRI telah membentuk organisasi khusus untuk menangani Information Security yang dikepalai oleh seorang Chief Information Security Officer (CISO) yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang Cyber Security.

Kita Semua Mengedukasi

"Sesungguhnya tugas mengedukasi kejahatan siber adalah kewajiban kita bersama karena nasabah di bank manapun bisa mengalami kejadian yang sama."


BRI melakukan edukasi kepada seluruh pegawai BRI dan nasabah mengenai pengamanan data serta cara melakukan transaksi yang aman. Kita juga bisa menjadi penyuluh digital untuk mengedukasi orang tercinta tentang kejahatan siber melalui berbagai media antara lain media sosial (youtoube, twitter, instagram, blog).


Selain itu bisa melakukan edukasi di media cetak, serta edukasi kepada nasabah yang datang langsung ke unit kerja BRI.

Waspada Kejahatan Siber. www.bocahudik.com

Jadi Penyuluh Digital

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) tengah mengoptimalkan layanan digital melalui penyuluh digital. Peran penyuluh digital akan digencarkan sehingga nasabah mendapatkan pendampingan saat mengakses layanan digital.

Digitalisasi menjadi langkah esensial untuk efisiensi proses bisnis yang juga dapat menekan operational cost dan operational risk. Hal ini merupakan strategi menjangkau sektor ultra mikro dibayangi risiko operasional dan biaya operasional yang tinggi.

Sejumlah layanan digital telah disiapkan BRI, di antaranya digital banking BRImo, aplikasi pengajuan fasilitas dan layanan kredit BRISPOT, laku pandai Agen BRILink, hingga aplikasi BRIAPI yang memungkinkan terintegrasi dengan aplikasi pihak ketiga.

Di sisi lain, kelengkapan layanan digital BRI perlu diimbangi dengan kesiapan masyarakat atau nasabah yang lebih melek digital khususnya pada layanan perbankan. Masyarakat juga harus dilakukan edukasi digitalisasi layanan perbankan.

Oleh karena itu, yang paling pas adalah BRI dengan digitalisasi tidak melakukan lay off atau tidak melakukan PHK pegawai tetap BRI yang pekerjaannya tergantikan secara digital. Mereka diterjunkan ke masyarakat menjadi penyuluh digital.

Ada tiga tugas penyuluh digital. Pertama, mengajak atau mengajari masyarakat yang belum melek layanan perbankan digital sehingga lebih digital savvy, seperti bisa membuka rekening secara digital. Kedua, mengajari masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital.

Adapun yang ketiga yakni mensosialisasikan dan mengajari masyarakat untuk mengamankan rekeningnya dari kejahatan-kejahatan digital. Tiga hal tersebut yang harus dilakukan sebagai bagian daripada journey masyarakat yang harus diikuti dalam rangka menuju masyarakat yang lebih digital dan cashless dalam transaksi.

Seperti diketahui, BRI menyasar usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Bahkan menyasar segmen yang lebih rendah lagi, yaitu Ultra Mikro (UMi). Hal ini sejalan dengan strategi go smaller, go shorter, go faster yang tengah dilakukan BRI.

Berdasarkan survei yang dilakukan BRI, ada sekitar 30 juta nasabah ultra mikro yang belum terlayani lembaga keuangan formal. Dari jumlah tersebut, sekitar 18 juta di antaranya belum terlayani sama sekali.

Sekitar 5 juta di antaranya mengakses pembiayaan dari rentenir. Ada pula sejumlah 7 juta pelaku usaha ultra mikro mendapatkan pembiayaan dari kerabat atau keluarganya.

Di samping itu, BRI juga tengah mendorong pertumbuhan laku pandai AgenBRILink dan menargetkan jumlah Agen BRILink mencapai 600 ribu agen hingga akhir 2022. Adapun hingga April 2022 jumlah Agen BRILink di seluruh Indonesia mencapai 552.709 agen, bertambah sekitar 13.004 agen dari bulan sebelumnya yang hanya 539.705 agen.

Salah satu strategi penambahan AgenBRILink adalah menjadikan ketua kelompok group lending PNM Mekaar menjadi agen laku pandai bank dengan jejaring terluas di Indonesia. Targetnya dalam satu tahun ini, ada 60.000 ketua kelompok PNM Mekaar yang akan beralih menjadi AgenBRILink.

Hal ini akan meningkatkan layanan perbankan branch less BRI hingga ke pelosok negeri. Tak hanya itu, melalui optimalisasi ketua kelompok group lending PNM Mekaar dapat memetakan nasabah pembiayaan PNM menjadi nasabah perbankan BRI melalui proses cross selling.

Sebagai jurnalis di perbatasan yang keluarganya pernah mengalami kejahatan siber, saya sangatlah paham dengan tindakan preventif dan kuratif yang harus dilakukan.


Kita harus lebih berhati-hati karena nasabah bijak tidak menginformasikan kerahasiaan data pribadi dan data perbankan, seperti nomor rekening, nomor kartu, PIN, user and password internet banking, OTP, dan sebagainya kepada orang lain termasuk yang mengatasnamakan BRI.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Alfie - Kepulauan Anambas, 20 September 2022

 

Referensi:

https://keuangan.kontan.co.id/news/bank-bri-beberkan-cara-mengamankan-data-nasabah

https://www.cloudcomputing.id/berita/bank-bri-utamakan-keamanan-dalam-bertransaksi

https://finance.detik.com/moneter/d-6255839/ada-bank-apung-warga-anambas-tak-lagi-rogoh-ongkos-mahal-buat-nabung?single=1

https://www.cnbcindonesia.com/market/20220531105954-17-343151/bri-optimalkan-peran-penyuluh-digital-ini-tugasnya

11 comments

  1. Pernah nih kak, aku ditelpon ngaku call Centre. Tapi aku gak ngeh kalo dia nelpon via WA. Mana ada call Centre pake WA. Aku intip profil picture WA nya. Koplak banget. Dia nelpon bilang call centre Telkomsel. Tapi poto nya call centre BRI. Hihihi langsung tak kerjain lahh

    ReplyDelete
  2. Sejak ada kasus data yang di hack , kita jadi lebih menyadari kalau dunia siber itu memang berbahaya.. dari dulu sering juga terjebak sama hal hal berbau siber ini.. kalau nggak hati hati memang muidah terjebak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebelum data dihack aja banyak penipuan ya kak apalagi setelah data dihack. Memang kita semua baru hati-hati kalo berhubungan dengan dunia digital .

      Delete
  3. Waah di Tarempa, pulau terpencil dimana kapal tidak setiap hari ada ya...BRI memang bank yang bisa menjangkau sampai pelosok negeri yaa...

    Semoga bahaya ciber bisa kita minimalisir, penyuluhan itu penting ya...

    ReplyDelete
  4. Duh, Bang.
    I feel you..
    Soalnya Awak yang bukan jurnalis aja gemas dan geram sekali saat saudara yang pernah tinggal di rumah terkena penipuan online.
    Semoga kasus seperti ini cepat teratasi karena masyarakat melek informasi terkait phising dll ya.
    .
    Jangkauan BRI keren sekali ya. Bahkan ada Teras BRI yang bisa diakses ke daerah -daerah.

    ReplyDelete
  5. BRI bank dan layanannya sudah menjangkau pelosok wilayah ya ..jadi udah bnyk nasabahnya namun tetap waspada dengan kejahatan siber yg mengintai

    ReplyDelete
  6. Lansia rawan sih kena tipu soalnya gampang kagetan. Makanya saya pun sering mengedukasi ibu saya misal dapat telepon dr nomor gak dikenal, langsung reject saja. Kejahatan siber sekarang makin banyak ya

    ReplyDelete
  7. BRI emang satu satunya Bank yang paling mudah ditemukan. Khususnya untuk daerah daerah pelosok. Bahkan ya, kampung halaman aku aja yang disiantar yang masuk ke daerah kebon kebon sawit, hanya BRI penolong tercepat dan bisa diandalkan untuk urusan perbankan

    ReplyDelete
  8. Baru tahu aku kalau ada daerah yang masih kesulitan untuk menabung di Bank. Untung ada BRI dan yang paling penting mengedukasi masyarakat untuk tidak percaya begitu saja dengan kejahatan siber.

    ReplyDelete
  9. Tadi sedih banget pas baca harus keluarin duit dulu 500rb hanya untuk keperluan bank, padahal hasil mereka juga tidak banyak. Tapi syukurlah akhirnya ada BRI apung.
    Suka sedih liat akses kehidupan rakyat di kepulauan kecil, hikss..
    Semoga pemerintah bisa lebih perhatian kepada masyarakat kita disana.
    Semangat terus meliput dan mengabarkan berita bg alfiee 💪

    ReplyDelete
  10. Kasus cyber crime kapannya berakhir. Nyesek rasanya kalau dengar berita ada yang kena tipu sampai jutaan. Padahal untuk mengumpulkannya aja butuh waktu yang nggak sebentar. Sedih jadinya.

    ReplyDelete